Detak jantung Ngatiman (45), warga Dusun Nggolek, Desa Codo, Kecamatan Wajak, Kabupaten Malang, sudah berhenti. Dokter memvonisnya sudah meninggal.
Keluarga dan tetangga sudah menyiapkan pemakaman dan acara tahlilan untuk Ngatiman. Tapi ternyata detak jantungnya berdenyut lagi, setelah 2,5 jam dinyatakan meninggal dunia.
"Apa itu namanya mati suri ya? Saya juga kurang paham" ungkap Wanto (43), kerabat Ngatiman ketika ditemui SURYAMALANG.COM di rumah Ngatiman di Jalan Raya Dusun Nggolek, Rabu (19/8/2015) sore.
Kabar kematian Ngatiman yang akrab dipanggil Kunting itu disampaikan kakaknya, Kusnan (50). Ceritanya, pada 17 Agustus 2015 sekitar pukul 14.30 WIB, Kusnan menelpon Mat Tasan bahwa denyut jantung Ngatiman tak berdetak saat menjalani operasi di RSSA.
Baca juga: 3 Bukti yang Menjadikan Margriet Tersangka Pembunuhan Engeline
Karena kabar duka itu, tetangga dan kerabat pun mempersiapkan penyambutan jenazah si bujang tua. "Ratusan pelayat datang. Tenja juga sudah dipasang. Sudah menyiapkan kuburan di TPU Codo, makanan siap untuk selamatan," kenang Sukir (30), tetangganya.
Janur kembang mayang pun sudah dipasang warga. Sebab, sampai usia 45 tahun, Ngatiman masih membujang. Hidupnya dibaktikan untuk merawat ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan. "Intinya, saat itu tinggal menunggu kedatangan jenazah saja," kata mereka kompak.
Karena kabar duka itu, tetangga dan kerabat pun mempersiapkan penyambutan jenazah si bujang tua. "Ratusan pelayat datang. Tenja juga sudah dipasang. Sudah menyiapkan kuburan di TPU Codo, makanan siap untuk selamatan," kenang Sukir (30), tetangganya.
Janur kembang mayang pun sudah dipasang warga. Sebab, sampai usia 45 tahun, Ngatiman masih membujang. Hidupnya dibaktikan untuk merawat ayahnya yang sudah tua dan sakit-sakitan. "Intinya, saat itu tinggal menunggu kedatangan jenazah saja," kata mereka kompak.
Tapi, sekitar pukul 17.30 WIB, Kusnan kembali menelpon Mat Tasan yang mengabarkan jantung adiknya berdetak lagi. Sehingga Kunting tidak jadi "meninggal". Warga yang sedari tadi menunggu kedatangan jenazah langsung bubar. Tapi ada juga warga yang bersih-bersih sekitar rumah Ngatiman.
"Sebelumnya, kami minta maaf ke pelayat karena kabar itu," ungkap dia. Lubang kuburannya juga sudah ditutup lagi. Kata Wanto, saat kabar kematian Ngatiman beredar, Saripan (90) diungsikan ke rumah Mat Tasan yang berjarak 500 meter dari rumahnya. Alasannya agar Saripan tak mendengar anaknya meninggal. Sebab sehari-hari, Saripan dirawat anak bungsunya itu.
Sylvianita Surya
KOMENTAR