Media sosial dapat diibaratkan sebagai pasar yang riuh dan ramai. Mengunggah postingan ini-itu dan saling bersahutan dalam boks komentar atau fitur reply dan retweet, misalnya.
Intinya, sekali Anda mem-posting apa pun di dalam media sosial, selain pujian, bersiaplah dengan komentar hingga penghakiman dari orang lain. Tak jarang, pilihan yang diambil untuk anak akan memiliki konsekuensi lebih berat bila disebarkan melalui media sosial.
Apa yang harus dilakukan orangtua di era media sosial ini?
“Perkuat rasa percaya diri dalam menjadi orangtua bagi anak sendiri. Tidak perlu membalas orang yang menghakimi. Anda cukup memberi penjelasan bahwa hal tersebut adalah pilihan kita sebagai orangtua. Lagi pula komentar atau masukan dari orang lain soal pengasuhan anak, bisa jadi baik untuk anak kita, tetapi bisa juga tidak,” urai Dessy.
Baca: Saat Idealisme Ibu Baru Bertemu Realita...
Dessy juga mengingatkan agar setiap ibu tidak terlalu keras terhadap dirinya sendiri. “Selain memperbanyak informasi dari berbagai sumber, ibu juga tidak hanya mencari teori, namun belajar dari pengalaman ibu-ibu lainnya. Akan tetapi, jangan selalu membandingkan dengan anak dan ibu lain. Ingatlah untuk selalu bersyukur dan ingat bahwa setiap anak adalah individu yang unik,” pungkas psikolog yang aktif berkicau di Twitter dengan akun @dessyilsanty ini.
Contohnya yang dilakukan Gilang, ibu dari satu anak berusia 3 tahun. Awalnya, ibu yang bekerja sebagai pengajar privat ini sempat merasa khawatir melihat perkembangan anaknya yang tidak secepat anak sang tetangga yang usianya tak terpaut jauh dari buah hatinya. "Tapi lama-kelamaan sadar kalau anak memang sangat berbeda satu sama lain. Jadi, gak perlu khawatir. Sindiran tentang pola asuh atau dibanding-bandingan dengan pola asuh yang dipakai orang lain, sih, saya juga sering mengalami. Misal ketika saya memilih untuk tidak bedong anak saya karena alasan kesehatan, sudah bawa anak berenang saat usianya masih 2,5 tahun, dan banyak lagi," urainya.
Saat ditegur dengan pihak yang lebih tua, ia mengaku memilih untuk senyum saja. "Saya juga tidak merasa lebih baik dari ibu-ibu yang lain, sih. Tapi dengan anak saya ini, saya belajar banyak dan lebih mengandalkan trial and error. Jujur, saya juga nggak banyak baca buku atau browsing-browsing. Intinya, selama anak saya nyaman, maka saya juga nyaman. Toh, pada dasarnya kita sama, hanya eksekusinya yang berbeda. Pada akhirnya setiap ibu cuma ingin anaknya tumbuh sehat dan bahagia, kan?"
Soca Husein
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
KOMENTAR