Jember hanyalah sebuah kota kecil di Jawa Timur. Meski kecil, namun kota yang berada di lereng pegunungan Yang dan Gunung Argopuro ini setiap tahun mampu menjadi magnet lewat Jember Fashion Carnaval (JFC). Saat ini, perhelatan JFC memasuk tahun ke-14 dan mengambil tema Outframe.
“Outframe sendiri memiliki makna sebuah ekspresi yang tanpa batas. Tidak ada kata terbatas dalam menerjemahkan imajinasi menjadi sebuah karya seni,” kata Dynand Fariz>, Presiden sekaligus penggagas JFC saat puncak acara, Minggu (30/8) lalu.
Sebagai sebuah ajang fashion, JFC memang sudah diakui dunia internasional. Tiga kali busana JFC keluar sebagai juara di ajang internasional. Mulai Best National Costume Miss International 2014 di Tokyo, Jepang, Best National Costume Miss Supranational 2014 di Warsawa, Polandia, dan Best National Costume Miss Universe 2015 di Miami, Florida, USA.
Magnet JFC berpusat pada jalan raya di depan alun-alun Jember hingga GOR Kaliwates. Jalan sepanjang 3,6 kilometer itu menjadi cat walk bagi para model dan desainer menunjukkan kreativitas mereka. Berbagai busana unik dan indah dengan permainan warna menarik tampil, mempertontonkan hasil karya dan kreativitas peserta yang datang dari berbagai pelosok kota Jember.
Beauty Culture
JFC 2015 diawali penampilan berbagai model, mulai anak-anak sampai remaja, disusul kehadiran pasukan kerajaan Majapahit yang dipimpin oleh Patih Gajahmada. “Sang Mahapatih” itu dilakonkan oleh Kapolres Jember AKBP Sabilul Alif, sementara pasukan Majapahit diperankan anak buahnya para anggota polisi.
Setelah itu, Dynand Fariz muncul, berdiri di atas kereta yang didorong pasukan. Dynand mengenakan busana kebesaran bernuansa keemasan yang megah dan mewah laiknya seorang raja. Setelah itu, masing-masing peserta bergiliran keluar sesuai tema dan berjalan melintas di antara dua tribun dan di atas cat walk sampai garis finish.
Dari sekitar 500 lebih model kemudian dibagi menjadi 10 kelompok tema, antara lain yang mengusung budaya lokal, fauna, sampai budaya asing. Ikebana misalnya, tampil mengangkat kebudayaan Jepang. Ada pula tema Fossil, Melanesia, Circle, Pegasus, Lion Fish, Egypt, Parrot, dan Reog, sebuah tema yang mengangkat kebudayaan asli masyarakat Ponorogo.
Kendati acara berlangsung di bawah sengatan terik matahari, namun sama sekali tidak mengurangi minat masyarakat. Lautan manusia dari berbagai daerah rela berdiri di sepanjang jalan sejak acara dimulai pukul 13.00 hingga pukul 16.00 sore.
Kemegahan JFC 2015 juga tak lepas dari dukungan Sari Ayu Martha Tilaar yang menjadi official product support. Produk Sari Ayu menjadi kosmetik yang digunakan oleh ribuan peserta di acara seni budaya tahunan bergengsi tersebut. “Sudah 14 tahun kami dari Sari Ayu Martha Tilaar men-suppport perlengkapan kecantikan semua peserta JFC,” kata Metti Nurmalasari, Product Executive Sari Ayu. “Beauty culture merupakan salah satu pilar Sari Ayu, sehingga kami selalu konsisten mendukung penuh setiap event seni budaya, fashion maupun kecantikan,” tambahnya
Tak hanya di JFC, “Selain JFC, kami juga men-support Jakarta Fashion and Food Festival, Indonesia Fashion Week, serta Festival Teluk Jailolo di Halmahera. Kami juga akan terus men-support acara sejenis di daerah lain di Indonesia,” lanjutnya.
Gandhi Wasono M.
KOMENTAR