Gita Gutawa mengaku ketagihan menjadi produser musik. Terhitung sudah tiga album yang ia produseri, yaitu album kompilasi Di Atas Rata Rata (DARR) 1, album Gita sendiri yang berjudul The Next Chapter pada 2014, dan album kompilasi DARR kedua tahun ini.
Gadis 22 tahun itu mengatakan dirinya mulai ketagihan untuk menjadi seorang produser musik bagi anak-anak. “Kalau dibilang ketagihan, ya, memang, apalagi ini ketiga kalinya aku jadi produser untuk album,” kata Gita Gutawa saat ditemui dalam peluncuran Album DARR 2 di Galeri Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta, Selasa (29/9).
Gita mengaku senang mengerjakan proyek album musik untuk anak-anak karena dirinya banyak terinspirasi dari anak-anak dan ingin kualitas lagu untuk anak-anak Indonesia semakin meningkat. “Kami ingin anak-anak berbakat memiliki wadah yang tepat dan memberi support sebisa kami.”
Pintar Bagi Waktu
Selain sibuk menjadi produser, pelantun lagu Melangkah Lagi ini pun tengah menjalani kuliah S2 di London School of Economics and Political Science di Inggris, yang sekarang tinggal menunggu pengumuman akhir kelulusan. “Tesis aku juga mengangkat tema tentang lagu anak-anak juga lo,” ungkap Gita yang berhasil menyelesaikan kuliah S1 dari University of Birmingham, Inggris, Juli 2014 silam.
Meski sedang memiliki program bersama sang ayah, Erwin Gutawa, Gita mengaku pendidikan yang ia jalani di luar negeri tak pernah terganggu. Menurutnya, hal itu karena sedari kecil, ia sudah terbiasa dengan jadwal yang super sibuk.
“Ya aku dari kecil harus bisa belajar bagi waktu antara nyanyi dan sekolah. Kebiasaan itu pula yang ingin aku coba sebar dan tularkan pada orang lain. Maksudnya, bisa kok mengatur waktu antara nyanyi dan sekolah,” ujarnya.
“Saat di Inggris, saya konsentrasi belajar, dan ketika di Indonesia saya tetap bisa (menerima tawaran) menyanyi, menggarap album musik, dan berkumpul bersama keluarga,” sambung Gita juga yang tengah menggarap albumnya terbarunya, namun masih enggan ia bocorkan judulnya.
Bicara soal menjadi produser, Gita mengaku turun tangan di setiap proses kreatif album musik anak-anak itu, mulai dari proses audisi, penentuan konsep, pemilihan lagu, serta penentuan standar kualitas untuk album.
Kelebihan yang dimiliki masing-masing anak asuhnya di DARR 2 membuat Gita merasa tertantang karena harus mempertahankan standar mutu dari DARR 1 dan 2.
“Kami pernah menemukan 13 anak untuk DARR 1. Sekarang bagaimana caranya agar kualitas peserta DARR2 sama atau lebih tinggi dari DARR 1. Saat audisi ternyata kami menemukan anak-anak hebat dengan kemampuan di atas rata-rata. Ini membenarkan bahwa standar musik anak-anak sudah lebih baik,” katanya.
Tantangan berikutnya adalah membuat lagu baru yang pas untuk anak didiknya. “Dari sepuluh lagu, sembilan di antaranya kami bikin khusus dengan bantuan teman-teman musisi lainnya untuk menciptakan lagu, seperti Raisa Ifa Fachir, Budi Rahardjo,” ujar Erwin menambahkan.
Gita menilai talenta bermusik anak asuhnya sudah di atas rata-rata, tetapi cara berpikir mereka pun perlu dilatih.
“Kami ingin membantu untuk mengembangkan diri mereka agar selalu out of the box, dengan mengundang Hughes untuk membantu anak-anak dalam bersikap dan berfikir agar mereka memiliki etos kerja yang bagus,” ujar Gita.
Tukar Pikiran
Menurut Gita, memang sudah saatnya dirinya duduk menjadi seorang produser. Apalagi karier di dunia musik, sudah ia geluti sejak 11 tahun silam. Dimulai dari penyanyi cilik, hingga bisa menelurkan beberapa album.
“Saya sangat bersyukur dan pastinya sekarang saya senang bisa membagi pengalaman dan pelajaran yang telah saya dapat selama ini kepada anak-anak yang memang pantas mendapatkannya,” ujar Gita.
Bekerja sama dengan ayahnya, lanjut Gita, juga bukan berarti bisa seenaknya. Ia selalu menerapkan cara kerja yang profesional. Beruntung, selama proses produksi album itu, dirinya tak pernah terlibat selisih paham dengan Sang Ayah.
“Kita enggak pernah berantem sih. Saling tukar pikiran dan cari jalan keluar aja. Kita juga banyak berdiskusi tentang lirik, aransemen yang patut untuk dinyanyikan anak-anak. Kalau ada beda pendapat, itu lumrah. Saya kan pernah merasakan seperti anak-anak itu. Sementara Papa lebih pada pengalamannya sebagai pemusik. Namanya juga kerja untuk menjadi yang terbaik, tentu dicarikan pertimbangan yang terbaik,“ jelas Gita.
Demi menjaga kualitas album produksinya itu pula yang membuat Gita memerlukan waktu hingga 1,5 tahun untuk menyelesaikannya.
“Kami memang tidak membuat audisi hanya untuk rekaman dan konser semata. Oleh sebab itu dalam berproses kami tidak mau terburu-buru,” katanya.
Gita menambahkan apa yang ia lakukan untuk mencari anak-anak berbakat di bidang musik bersama ayahnya adalah bentuk kepeduliannya terhadap musik Indonesia.
“Kami punya visi, misi, dan mimpi yang besar untuk mendukung musik anak Indonesia semampu kami. Kita ingin menjadi wadah anak-anak yang hebat dan berbakat dan hebat.” kata Gita.
Tumpak Sidabutar
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Sukrisna [cak KRIS] |
KOMENTAR