Bagi sebagian perempuan modern, menjadi ibu rumah tangga sekarang bukanlah suatu hal yang berkonotasi negatif. Perempuan masa kini justru punya segudang cara memanfaatkan waktu luang sembari mengasuh anak dan mengurus keperluan rumah tangga. Malahan banyak perempuan pekerja yang akhirnya melakukan kesepakatan dengan suami untuk membagi tugas sebagai ibu rumah tangga di rumah.
Era teknologi begitu kuat membawa pengaruh bahwa perempuan modern tak harus berkarier dan berkarya di kantor. Peran ibu rumah tangga malah menuai pujian ketika ia berhasil merawat anak dan suami dan juga aktif di lingkungan sosial dan wirausaha.
Sayangnya, tak semua ibu rumah tangga yang hidup di zaman modern memaknai kondisi ini secara bijak. Masalah terbesar ibu rumah tangga modern sekarang ini diklaim karena belum adanya kesiapan mental membina rumah tangga serta tuntutan sosio-psikologis. Demikian seperti yang dikatakan oleh Ayoe Sutomo, psikolog pada tabloidnova.com .
Baca: Normalkah Perempuan Merasa Bosan Jadi Ibu Rumah Tangga?
“Soal mental si yang memang jadi alasan utama, kalau soal usia tak mutlak menentukan, yang penting kedua pasangan suami istri memang sudah berkomitmen untuk membangun keluarga. Istri akan menjadi ibu yang punya tugas penting membesarkan anak, sementara sang pria juga tak kalah pentingnya bertugas sebagai suami dan ayah,” ujar Ayoe.
Secara lebih rinci, Ayoe juga membeberkan bahwa melihat kesulitan sebagai ibu rumah tangga harus dilihat lebih saksama dan tidak boleh dianggap sama. Menurutnya terdapat 2 jenis peran ibu rumah tangga modern sekarang ini.
Pertama, yang memang memutuskan sepenuh hati menjadi ibu rumah tangga. Masalah umumnya ialah karena penjiwaan terhadap status ini cukup baik, biasanya masalahnya tidak terlalu kompleks. Namun, sering juga terjadi lack of important activity sehingga terlalu mencemaskan atau mengurusi hal-hal kecil.
Baca: Ibu Rumah Tangga, Ini Bahaya Menonton TV 5 Jam Sehari Bagi Kesehatan
“Ada baiknya karena tipe ini menjadi sangat detail dan teliti banget. Kekurangannya adalah menjadi sangat peduli dan terkesan repot sekali serta serba harus sempurna,” tambah Ayoe.
Kedua, yang menjadi ibu rumah tangga karena keadaan, misalnya tidak diberi izin suami untuk bekerja karena anak tidak ada yang mengasuh. Nah, untuk tipe ini dinamika psikologi tersendiri karena ada peran pengorbanan yang pada diri ibu rumah tangga tersebut secara pemaknaan harus mampu dilalui dengan baik agar bisa setuju dan menerima realita.
Baca: Muri Handayani, Ajak Ibu Rumah Tangga Melek Bisnis Online
“Biasanya kebosanan menjadi masalah utama kedua tipe ibu rumah tangga tersebut karena berkutat dengan aktivitas yang sama setiap hari dan menimbulkan rasa lelah sehingga berujung jenuh,” terang Ayoe.
Jadi, bagaimana mengatasi masalah kebosanan menjadi ibu rumah tangga?
“Kuncinya bersyukur atas berkah yang dianugerhi dan selalu melihat masalah dari kedua sisi. Misalnya anak nakal atau susah makan, ya, itulah tantangan menjadi seorang ibu. Siasati kebosanan menjadi ibu rumah tangga dengan berbagai kegiatan positif sendirian atau bersama keluarga,” tutup Ayoe.
KOMENTAR