Banyak orangtua yang salah kaprah tentang pemberian suplemen saat Si Kecil mengalami problem sulit makan. Karena melihat orangtua lain memberikan suplemen pada anaknya, jadilah ikut-ikutan memberi anak suplemen. Padahal, belum ia memenuhi ciri anak butuh suplemen.
Apa, sih, sebenarnya suplemen? Suplemen menurut definisi dari BPOM adalah produk untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan. Mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain, berasal dari tumbuhan atau bukan tumbuhan yang mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah terkonsentrasi.
Suplemen hanya bisa mengurangi risiko terjadinya sesuatu akibat penyakit, bukan mengobati penyakitnya. Suplemen dapat berupa vitamin, elemen-mineral, atau zat gizi lain seperti asam lemak, asam amino, dan zat esensial lain.
Fungsi suplemen hanya untuk melengkapi kalau ada kekurangan vitamin dan mineral dalam tubuh. “Suplemen adalah tambahan kalau apa yang anak makan kurang atau belum mencukupi. Misalnya, anak kurang kalsium maka dikasih suplemen kalsium,” jelas Dr. Ekky M. Rahardja, MS., Sp.GK., spesialis gizi klinik dari RS Royal Taruma.
Tapi, lanjut Ekky, “Jika makanan yang dikonsumsi anak sudah cukup berarti akan lebih baik karena yang dikonsumsi adalah makanan alami.”
Baca: Bijak Konsumsi Suplemen
Pasalnya, lanjut Ekky, kebanyakan vitamin itu dari bahan sintetik. “Misalnya, vitamin C yang beredar di pasaran tidak dibuat dari jeruk asli tapi buatan. Makanya, jangan bangga bisa minum vitamin yang banyak beredar di luar karena sebenarnya itu hanya buatan saja. Molekul yang ada di dalamnya juga tidak alami.”
Suplemen itu sifatnya melengkapi artinya pemakaiannya juga hanya bersifat sementara. “Contohnya, ciri anak butuh suplemen adalah saat anak tidak nafsu makan maka diberi tambahan suplemen berupa vitamin. Meskipun sebenarnya dianjurkan bukan makan suplemen tapi makan makanan. Jadikanlah makanan itu obat, bukan obat dijadikan makanan. Termasuk suplemen hanya diberikan jika dibutuhkan.”
Ciri anak butuh suplemen lainnya adalah saat anak sedang sakit misalnya sampai keluar ingusnya, maka dibutuhkan Vitamin C. “Anak, kan, tidak mungkin makan jeruk satu keranjang. Sebagai gantinya diberikan Vitamin C tapi hanya sementara saja bukan terus terusan. Kalau anak sudah sembuh buat apa minum Vitamin C lagi? Beralihlah makan jeruk atau buah-buahan lain.”
Baca: 5 Penyebab Serius yang Bikin Anak Susah Makan
Banyak terjadi salah kaprah yang dilakukan orangtua. “Kalau anak tidak minum susu maka dimarahi atau dipukul. Kenapa anak mesti minum susu? Susu itu, kan, makanan cair untuk bayi. Jadi, saat anak beranjak dewasa tidak harus lagi minum susu.”
Yang jelas semua zat gizi sangat dibutuhkan tubuh. “Anak-anak harus makan makanan yang beragam supaya semua komponen zat gizi yang dibutuhkan tubuh tersedia. Makan dalam jumlah wajar, beragam, tidak berlebihan, tidak kekurangan.”
Dari mana tahunya anak cukup kebutuhan makannya? “Dari banyaknya kalori dengan cara menimbang berat badannya. Kalau stabil berarti bagus makannya, tapi kalau kurang berarti makannya juga kurang.”
Bisa jadi makannya cukup tapi aktivitas fisiknya meningkat dan makannya tidak ditambah. “Atau anak yang lagi sakit kebutuhan makannya lebih tinggi. Tapi, karena sedang sakit jadi tidak nafsu makan.”
Ekky mengakui banyak orangtua yang memaksa anaknya mengonsumsi vitamin. “Padahal, yang lebih baik adalah menggunakan molekul alam bukan molekul buatan.”
Orangtua juga suka membanding-bandingkan dengan anak orang lain yang terlihat gemuk. “Padahal, bisa jadi sebenarnya anaknya tidak kurus. Yang penting berat badan anak itu standar, gemuk jangan menjadi patokan. Gemuk itu malah bisa jadi sumber risiko penyakit. Cobalah diberikan makanan yang pas sesuai kebutuhan anak.”
Baca: Sudah Tahu, Suplemen Apa Saja yang Wanita Butuhkan?
Anak-anak sedang dalam fase perkembangan. “Prinsipnya anak harus diawasi pertumbuhannya dengan terus bertambahnya berat dan tinggi badannya. Pertumbuhannya akan sangat cepat pada saat bayi dan masa akil balik. Tapi, menambahnya bukan hanya ke samping saja
Anak yang cukup gizi pasti aktif bergerak karena punya tenaga untuk melakukan berbagai kegiatan. “Tapi anak yang kelebihan gizi atau gemuk akan tidak kuat membawa bobot badannya. Begitu juga dengan anak yang kekurangan gizi tidak memiliki tenaga.”
Noverita K. Waldan
KOMENTAR