Produsen batik asal Solo, Danar Hadi, ingin agar batik motif tradisional bisa tampil lebih modern. Dengan demikian koleksi busananya dapat dikenakan oleh siapa saja, dari orangtua, remaja, hingga anak-anak. Untuk itu, Danar Hadi kembali menggandeng desainer Chossy Latu untuk merancang koleksi ready to wear deluxe. Koleksi Chossy Latu for Danar Hadi bertema Solometrik ini ditampilkan di Jakarta Fashion Week 2016, Senayan City, Kamis (29/10) lalu.
Koleksi Solometrik, yang merupakan kependekan dari Solo Metropolitan Batik, ini lebih banyak menggunakan batik cap. Penggunaan batik cap ini selain karena kualitasnya yang tak kalah dari batik tulis, tentunya juga untuk menekan harga. Dengan demikian, koleksi Danar Hadi yang dikenal sebagai produsen batik fine-art bisa dikenakan oleh lebih banyak kalangan.
"Awalnya saya ragu kenapa memakai batik cap. Namun ternyata di samping batik tulisnya yang sudah terkenal, Danar Hadi juga punya batik cap. Batik cap juga punya kekuatan. At the end it's still handmade," ungkap Chossy, menjelang peragaan busananya di Fashion Tent Senayan City.
Batik cap juga tidak perlu dipandang sebagai "batik kelas dua". "Jika canting capnya dikerjakan dengan baik, proses pembantikannya berkualitas prima, dengan penempatan motif yang tepat dan penggunaan bahan yang berkualias prima, harganya pun bisa mahal. Ditambah pilihan warna dan konsep desain yang sesuai trend, pasti bernilai tinggi," tambah pengamat gaya hidup Anton Diaz.
Solometrik menggunakan motif-motif batik tradisional seperti sidomukti, megamendung, kawung, juga parang, yang ditampilkan dalam komposisi dan pewarnaan yang modern. Yang asyik, koleksi busananya yang memiliki garis rancangan yang simpel, clean, dan elegan, mudah dipadupadankan. Di antaranya koleksi busana sehari-hari dengan warna-warna monokrom biru dan putih, antara lain terdiri atas rok pensil, rok maksi, celana panjang, tunik, vest, blazer, dress, hingga jumpsuit.
Solometrik juga menampilkan akulturasi budaya Timur dan Barat melalui batik berpotongan modern yang didominasi warna merah dan kuning. Untuk koleksi gaun malam, dihadirkan gaun-gaun batik bernuansa hitam putih dengan detil fringe, feather, dan sequin. Jika headpiece, turban, maupun topi-topi bergaya Parisian ditanggalkan, koleksi ini tetap mudah dikenakan. Kuncinya terletak pada kemampuan Anda memadupadankan.
Untuk peragaan busana ini, Chossy juga menghadirkan 12 sosok yang menjadi inspirasinya. Mereka datang dari tiga generasi, di antaranya Ita Handoko dan Kiera Lee Handoko, Tristan Von Tongeren dan Susan Bachtiar, Winda Malika, Btari Gunadi, Ava Jasmine Wrhea, dan Miranda Goeltom, serta Janna Joesoef, Marina Joesoef Sastrowardoyo, dan Cassandra Joesoef Reuneker. Ada pun koleksi busana pria diperagakan oleh Atalarik Syah, Anjasmara, Mario Lawalata, Rio Dewanto, dan Chicco Jerikho.
Dengan tema Solometrik, Chossy berharap Danar Hadi bisa menjadi bagian dari fashion ibukota dan diterima di fashion international.
Penulis | : | Felicitas Harmandini |
Editor | : | Felicitas Harmandini |
KOMENTAR