Kabar Gusti Noeroel meninggal dunia disampaikan pertama kali oleh akun twitter @bukuKOMPAS yang tak lain adalah akun resmi Penerbit Buku Kompas, yang menerbitkan buku biografi Gusti Noeroel. Berikut petikan tweet-nya:
"10-11-2015, GRA Siti Noeroel Kamaril Ngasarati Koesoemawardhani dipanggil Tuhan. Sugeng tindak Gusti Noeroel. #RIP"
Namanya mungkin tak terlalu familiar di telinga masyarakat Indonesia. Meski ternyata, semangat dan pandangan hidup dari sosok puteri keraton ini sangat menginspirasi untuk setiap generasi. Bahkan hingga Gusti Noeroel meninggal dunia, semangatnya tetap bisa diadaptasi untuk perempuan generasi sekarang.
Gusti Noeroel adalah anak tunggal putra adipati Keraton Jawa Kota Solo, Praja Mangkunagaran, KGPAA Mangkoenagoro VII, dari permaisurinya, Gusti Kanjeng Ratu Timoer. Namun, Gusti Noeroel bukanlah putri keraton biasa...
Bila Anda sempat mengunjungi museum Ullen Sentalu di Yogyakarta, besar kemungkinan Anda mengenali sosok ini. Foto-foto dan cerita tentang Gusti Noeroel yang dipaparkan dan dipampangkan memang sangat mengesankan. Di usia 15 tahun, ia sudah terbang ke Belanda untuk menari di acara pernikahan anak Ratu Wilhelmina. Dari situ, pemberitaan tentang dirinya pun mulai dilirik oleh media massa internasional.
Ia adalah sosok perempuan yang memiliki paras sangat rupawan, modis dalam berpakaian serta berani bereksperimen, dan yang tak kalah mengagumkan adalah ia berpikiran sangat bijaksana dan modern.
Bagaimana tidak, perempuan di era tersebut bisa disebut sulit mendapatkan jodoh ketika di usia 20 tahun belum juga menikah. Namun, ia memilih untuk tetap pada pendiriannya, yaitu belum menikah. Bukan karena tak ada pria yang hendak meminangnya.
Toh, kecantikan Gusti Noeroel justru menjadi buah bibir begitu banyak orang. Bahkan, rumor mengatakan bahwa tokoh-tokoh sejarah mulai dari Soekarno, Sri Sultan Hamengkubuwono IX, hingga Sutan Sjahrir, terpesona oleh kecantikan dan kepandaiannya. Hal ini pun dijelaskan dalam panduan tur museum Ullen Sentanu, serta ditulis oleh Edi Sembiring, blogger yang menuliskan ulasan tentang Gusti Noeroel di Kompasiana.
Namun, Gusti Noeroel tetap menolak para pembesar tersebut karena satu alasan: ia tak ingin dipoligami.
Apa yang membuatnya enggan berpoligami ketika para pembesar negara terpikat oleh sosoknya?
KOMENTAR