Sulit rasanya memisahkan hobi berbelanja dengan citra perempuan. Tak heran, mengapa banyak sekali target konsumen produk komersil menempatkan posisi kaum hawa ketimbang para pria.
Fakta paling mengejutkan ialah soal temuan riset jika 96 persen perempuan Indonesia menghabiskan uang untuk belanja pakaian dalam. Seperti data yang didapatkan oleh mega survei Gramedia Majalah tahun 2012 dan 2013, Indonesia’s Hottest Insight.
Baca: Tips Merawat Pakaian Dalam
Survei tersebut memotret kebiasaan belanja para perempuan di 9 kota besar di Indonesia. Responden perempuan sebanyak 3.000 orang dengan rentang usia 13 hingga 50 tahun dengan metode multistage random sampling. Survei dilakukan secara berkala yang akhirnya mendapati perempuan lebih boros belanja kebutuhan pakaian dalam.
Baca: Survei: Suami Lebih Bergairah Saat Istri Kenakan Pakaian Dalam Senada
Hasilnya, dari 11 jenis konsumsi penggunaan produk yang biasa dibelanjakan perempuan. Produk pakaian dalam menempati urutan teratas dengan persentase sebesar 96 persen, menyusul atasan seperti blus, kaos dan kemeja dengan kisaran 87 persen, serta pembelian produk bawahan semisal jins, celana kantor dan rok sebesar 86 persen.
Baca: Warna Pakaian Dalam Menunjukkan Gaya Anda Bercinta
Apa alasan perempuan Indonesia lebih boros belanja kebutuhan pakaian dalam ? Mengapa bukan kebutuhan lainnya yang lebih mendekati gaya hidup atau tren mode? Ini jawaban psikolog, Adinda Reska Budiani.
“Tidak ada ukuran yang pasti, sih. Namun, bisa saja disebabkan karena pakaian dalam dikenakan setiap hari sehingga mudah rusak atau memudar. Karena bentuknya mungkin kecil dengan kisaran rata-rata lebih murah, apalagi ditambah promosi diskon, umumnya malah bikin perempuan jadi tergoda belanja dalam jumlah banyak, alasannya mumpung diskon atau murah dan untuk stok di lemari,” jelas Adinda.
Baca: Tren Pakaian Dalam 2016 Ini Pasti Anda Sukai!
Mungkin pendapat di atas mampu menjawab mengapa konsumsi belanja sepatu dan tas yang umum dilakukan oleh perempuan ibukota justru kalah dengan napsu berbelanja pakaian dalam. Padahal, para artis dan publik figur kerap memicu perubahan gaya hidup konsumtif dalam membeli aksesori tas dan sepatu.
“Kalau di ibukota saja, bisa jadi tas dan sepatu menjadi teratas. Tapi, kalau ngikutin tren sekarang ala artis dan sosialita, harga tas mereka kan puluhan juta yang bermerek. Tentu, tergantung kemampuan finansial masing-masing dan kelas sosial ekonomi secara keseluruhan,” ujar Adinda.
Baca: Aturan "Pakaian Dalam" Jauhkan Anak dari Pelecehan Seksual
KOMENTAR