Dua anak usia 8 dan 9 tahun ketika ditanya, “Apa yang membuatmu seneng banget di rumah?”
Dalam kalimat yang mirip, mereka menjawab, “Kalau bisa suka-suka aku!” Keduanya tidak saling kenal, jenis kelamin berbeda.
Bob Murray PhD, penulis buku Raising an Optimistic Child: A Proven Plan for Depression-Proofing Young Children – for Life mengatakan, “Riset secara jelas mengatakan bahwa anak yang bahagia dan optismis adalah produk dari rumah yang bahagia dan optimis.”
Pertanyaan berikutnya adalah, bagaimana membuat rumah nyaman untuk anak? Rumah yang bahagia dan optimis itu seperti apa? Ada sejumlah strategi yang bisa kita terapkan di rumah untuk menciptakan rumah nyaman untuk anak.
1. Keakraban Membuat Anak Merasa Dicintai
Cara paling aman meningkatkan kesehatan emosi anak adalah dengan membantunya merasa dekat dengan kita sebagai orangtua, tante-om, sepupu-sepupu, kakek-nenek, teman-teman, tetangga, bahkan binatang peliharaan.
BACA: Mari Renungkan, Engeline Mungkin Ada di Rumah Kita... (Tentang Rumah Ramah Anak)
Kedekatan tersebut, menurut Dr. Edward Hallowell – psikiater anak dan penulis buku The Childhood Roots of Adult Happiness – membuat anak merasa dicintai, dimengerti, diinginkan, diakui.
Semua itu akan melindungi anak dari emosi negatif stres, pikiran untuk bunuh diri dan perilaku berisiko termasuk merokok, minum minuman keras dan menggunakan narkoba.
Untuk membangun kedekatan, kita perlu melakukan banyak aktivitas kecil bersama yang berulang. Banyak berbagi cerita, memeluknya dengan sering, tertawa bersama, merespons pendapatnya. Sehingga, tidak hanya kita sebagai orangtua yang merasa dekat dengan anak, begitupun sebaliknya.
Dari hasil penelitian lain disebutkan bahwa koneksi sosial sangatlah penting dan memberi kontribusi pada rasa bahagia. Christine Carter, PhD, direktur eksekutif dari Universitas California menegaskan, kedekatan anak bukan hanya masalah kualits, juga kuantitas hubungan. Semakin banyak hubungan yang bisa dilakukan seorang anak, maka tingkat bahagianya akan semakin tinggi.
2. Orangtuanya Harus Bahagia!
Bagaimana mungkin kita membangun lingkungan bahagia, menjadikan anak bahagia, bila kita tak memiliki itu? Hidup ini bukan sulap simsalabim. Kebahagian itu dibangun dari hati, tak sekadar nilai kalkulasi.
Benar, untuk menjadi bahagia ada tahapan yang bisa dilakukan. Menyimak anak bicara, misalnya. Bila kita tak bahagia, maka kualitas kita menyimak celoteh anak tidak akan maksimal. Oh, bahkan belum tentu kita punya kesabaran maha luas bila hati tak bahagia.
Mencipta rumah nyaman untuk anak, pastikan diri kita bahagia. Secara teoritis, jangan menyelamatkan orang tenggelam jika kita tak mahir berenang. Beberapa indikasi sederhana bahagia adalah: bangun pagi dengan gembira, mudah tersenyum, tak mudah tersinggung.
BACA: Tanpa Disadari, Ini 4 Penelantaran Anak yang Sering Dilakukan Orangtua
3. Jangan Beri Kebahagiaan Jangka Pendek
Kita memang harus membuat masa kanak-kanak buah hati terasa indah. Namun, kita tidak boleh membuat mereka bahagia untuk jangka pendek.
Mengacu pada Bonnie Harris – penulis buku When Your Kids Push Your Buttons: And What You Can Do About It, jika kita meletakkan anak dalam rumah yang steril dan segala keinginan mereka terjamin ada, maka mereka akan tumbuh menjadi anak yang yakin bahwa dunia seindah itu. Padahal, kehidupan nyata akan berkata sebaliknya.
Anak perlu diperkenalkan pada emosi sedih, marah atau frustrasi. Masih menurut Bonnie Harris, anak yang tidak pernah belajar mengatasi emosi negatif akan rentan dan lemah menghadapi persoalan begitu mereka tumbuh dewasa. Mereka akan cenderung meratap dan mengasihani dirinya dibanding melihat persoalan dengan tenang.
Begitu anak bisa mengatasi emosi yang tidak enak itu, maka ia akan belajar untuk bisa menghadapi hal serupa di kemudian hari. Tugas kita adalah memastikan padanya bahwa apapun masalahnya, kita akan selalu mencintainya.
4. Ini Agak Sulit. Tapi Ingat: Sukses dan Gagal adalah Sejajar
Dengan penuh semangat, kita akan memuji anak yang berhasil menyelesaikan sesuatu atau berprestasi di sekolah. Tapi begitu anak gagal, kita pun gagal menyembunyikan kekecewaan, meski sedikit. Padahal kegagalan adalah bagian dari perjalanan seorang anak menuju pengetahuan dan ketrampilan baru.
Gagal adalah pelajaran berharga seorang anak. Ia belajar rasa tidak enaknya, dan belajar untuk bangkit dan tidak patah semangat. Ukuran keberhasilan didefinisikan bersama kita. Sehingga, ketika mencapai kemajuan baru pasca kegagalan, maka rasa percaya dirinya akan mencuat. Rasa percaya diri ini akan membuatnya lebih gembira menghadapi hidup. Ya, dengan kata lain: bahagia.
KOMENTAR