Belakangan tengah ramai diperdebatkan soal kontroversi label kerudung halal yang diluncurkan oleh salah satu lini busana muslim Indonesia. Selain datang dari para netizen dan masyarakat umum, komentar senada juga diucapkan oleh beberapa perancang busana muslimah ternama Indonesia.
Di antaranya ada Hannie Hananto dan Restu Anggraini. Keduanya memiliki pandangan serupa soal kontroversi kerudung halal yang bersertifikasi dari MUI.
“Untuk menjadikan Indonesia sebagai pusat busana muslim, memang nanti apa saja yang berhubungan dengan muslim atau muslimah terkait dengan ‘Halal Awareness’. Namun ini adalah suatu proses panjang yang melibatkan banyak pihak. Beberapa merek internasional sudah mencantumkan peringatan ‘ketidakhalalan’ mereknya seperti istilah Contain Pig Skin,” ujar Hannie Hananto, salah satu desainer ternama Indonesia pada tabloidnova.com .
Baca: 8 Gaya Busana Hijab Elegan Laudya Chintya Bella di Instagram
Hannie pun berpendapat jika perlu peran pemerintah untuk melakukan riset tekstil Indonesia serta penentuan tolok ukur kehalalannya sampai di mana. Jadi, ada aturan dan ukurannya untuk bisa mendeklarasikan ini tekstil halal atau bukan.
“Bukan hanya sekadar halal karena dapat logo dari MUI saja, tapi juga menyeluruh,” imbuhnya tegas.
Baca: 6 Model Luaran Busana Hijab Simpel Gaya Clean-Cut
Restu Anggraini, yang karya koleksinya cenderung mengusung DNA clean-cut dan high-tailored juga turut memberikan komentarnya.
“Aku pikir ini sih excessive use of halal branding. Selain itu, agak lucu juga kalau pakaian lain produksi brand itu belum standar halal, berarti kita pakai jilbab saja tanpa pakaian dong? Hahaha..,". ujar Restu.
Baca: 8 Tips Agar Hijab Tidak Bau Apek dan Selalu Bersih
Berdasarkan pengamatan perancang yang akrab disapa Etu tersebut, dalam proses pembuatan kain di wilayah Bandung, dia melihat sendiri proses akhir pembuatan sebuah kain, yakni dicuci kembali ke dalam boiler dengan suhu lebih dari 80 derajat celcius.
"Saya sangat menyangsikan jika emulsifier itu masih terkandung dalam bahan, jika sudah masuk boiler untuk direbus dan dibersihkan pada proses akhir. Nah, yang jelas kalau tujuannya untuk viral, ya ini berhasil, hanya saja dampaknya positif atau negatif, belum bisa diprediksi, " jelasnya saat diwawancarai oleh KompasFemale.
Etu juga meminta kroscek kembali soal isu kerudung halal ini. Pasalnya, isu ini justru memancing perdebatan di kalangan muslim dan muslimah.
“Ya, menurutku itu cuma strategi marketing aja. The next question is this: kalau kerudung brand tersebut halal, lalu apakah atasan dan dalamannya non-halal atau secara kasarnya ‘haram’?,” tutup Etu pada tabloidnova.com .
KOMENTAR