Tahukah Anda, membuat anak mendapatkan nilai rapor yang baik ternyata bisa dimulai dengan sarapan sehat?
Faktanya, kebiasaan sarapan dengan gizi lengkap dapat memenuhi 15 – 35 persen kebutuhan total energi per hari yang berguna untuk mendukung tumbuh kembang optimal pada anak.
Lebih lanjut, kebiasaan sarapan berpengaruh pada nilai rapor anak usia sekolah. Jadi, masih mau melewatkan waktu sarapan?
Konsultan Nutrisi Anak & Penyakit Metabolik RSUP Sanglah, dr. I Gusti Lanang Sidiartha menjelaskan manfaat sarapan, terutama untuk anak. Sarapan adalah kegiatan makan dan minum pertama yang dilakukan antara bangun pagi, sebelum melakukan aktivitas, sampai jam sembilan pagi.
Pemerintah Indonesia melalui Departemen Kesehatan telah mengenalkan 10 pesan dalam Pedoman Gizi Seimbang (PGS) sebagai panduan pemenuhan gizi masyarakat. “Dan, bunyi pesan keenam adalah ‘Biasakan Sarapan’,” tegas Lanang.
Sayangnya, hingga saat ini kebiasaan sarapan, terutama pada anak-anak, masih belum maksimal dilakukan. Beberapa faktor yang menyebabkan anak-anak melewatkan sarapan sangat beragam. Di antaranya tidak ada makanan untuk disantap, menu makanan yang kurang menarik atau membosankan, serta tidak ada cukup waktu untuk sarapan.
Mengingat sarapan memenuhi setidaknya 15 – 35 persen kebutuhan total energi per hari, maka kebiasaan ini harus dimulai sejak dini untuk mendukung tumbuh kembang anak yang optimal.
Pasalnya, semakin muda usia anak maka semakin tinggi kecepatan pertumbuhannya. Artinya, anak membutuhkan asupan energi yang lebih tinggi di setiap kilogram berat badannya.
Bukan Sarapan Biasa
Namun, orangtua juga harus memperhatikan kandungan gizi dalam menu sarapan anak. “Terpenting, menu sarapan anak harus mengandung semua komponen zat gizi seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral, serta serat dan air,” jelas Lanang.
Karbohidrat, protein, dan lemak, tergolong nutrisi makro yang dapat diubah menjadi glukosa yang merupakan sumber energi utama, terutama bagi otak.
KOMENTAR