Setiap anak akan memasuki fase di mana ia akan memperlihatkan aspek-aspek kecerdasannya. Aspek kecerdasan tersebut meliputi kecerdasan intelektual, motorik, emosional, dan komunikasi. Meskipun kecerdasan intelektual amat penting, namun kecerdasan emosional si kecil juga perlu mendapat perhatian.
Menyaksikan si kecil mengikuti setiap tahap perkembangannya sejak lahir, tentu memberi banyak warna dalam hidup kita. Sebab, dalam setiap tahap perkembangan si kecil, ada banyak kejutan yang membuat kita bahagia, bangga, namun kadang juga kesal, sedih, dan bingung.
Salah satunya, ketika si kecil mulai dapat mengungkapkan emosinya. Si kecil yang semula selalu bersikap manis tiba-tiba berubah menjadi cerewet dan berkeras melakukan sesuatu menurut kemauannya. Di sinilah orangtua akan melihat apakah kecerdasan emosional pada anak akan berkembang.
Apa yang sebenarnya sedang terjadi?
Ibu tidak perlu khawatir. Menginjak usia 16 bulan memang merupakan fase di mana batita sulit mengendalikan emosi dan mengontrol perilakunya, karena dia masih percaya bahwa dunia berkutat di sekitar dirinya saja (egosentris).
Namun, jika diperhatikan, sebelum dia mengeluarkan emosinya, biasanya dia akan memberikan sinyal dengan melakukan sesuatu yang dia tahu nantinya akan Anda hentikan. Misalnya, menarik rambut anak lain.
Apa pun yang ibu rasakan saat melihat ini terjadi, pahamilah bahwa sikap negatif ini sebagai perilaku yang normal. Sangat manusiawi bukan memiliki amarah dan emosi? Hanya perbedaannya, batita belum bisa mengekspresikan emosi dengan cara yang lebih aman. Dengan begitu, kita akan tahu bahwa apa yang ditunjukkan si kecil hanya sebuah “pertunjukan” semata, dan kita bisa lebih tenang dalam mengatasinya.
Nutrisi Berperan Besar Mengoptimalkan Kecerdasan Emosional
Terlepas dari fakta bahwa menginjak usia 16 bulan memang merupakan fase di mana batita sulit mengendalikan emosi, ternyata sumbangan nutrisi juga memegang peranan penting dalam menentukan perkembangan perilaku anak.
Berdasarkan hasil penelitian American Psychological Association yang dikutip oleh MayoClinic.com, si kecil yang cukup mengonsumsi nutrisi dapat mengatasi stres dan mengatur emosi mereka lebih baik. Sebab, gizi yang baik tidak hanya memberikan kontribusi untuk perkembangan fisik anak, tapi juga memengaruhi perkembangan kognitifnya.
Sayuran dan buah-buahan. Keduanya mengandung banyak vitamin, mineral, dan serat, sehingga sebaiknya dimasukkan ke dalam setiap menu makanannya. Pastikan ibu memberi si Kecil aneka buah dan sayuran. Karena beda buah dan sayuran, lain pula nutrisi di dalamnya. Misalnya, sayuran berwarna jingga itu berarti mengandung banyak betakaroten yang berfungsi untuk kesehatan mata, misalnya wortel dan jeruk. Sedangkan sayuran hijau biasanya banyak mengandung zat besi yang berfungsi untuk penguat sel otak, penguat sistem imun. Sayuran yang bisa dipilih adalah brokoli, sawi dan lain sebagainya.
Karbohidrat. Makanan yang mengandung zat pati seperti roti, nasi, pasta, atau kentang akan menyediakan energi, nutrisi, dan sejumlah serat. Gandum bisa menjadi pilihan karbohidrat yang tepat, karena bisa membentuk energi dengan maksimal, tapi juga mengandung banyak serat yang bagus buat kesehatan pencernaan anak. Hanya saja perlu ibu ingat, gandum membuat anak cepat kenyang, pastikan berikan porsi yang sesuai dan mengkombinasikannya dengan tepat. Sehingga nutrisi yang didapatkan si Kecil lengkap.
KOMENTAR