Tabloidnova.com - Kekerasan terhadap anak kembali terjadi. Seorang anak berusia 10 tahun ditemukan tewas di sebuah gubuk kebun karet di Lampung Timur, belum lama ini.
Mayat bocah berinisial MI (10) ditemukan di kebun warga di Labuan Ratu, Kabupaten Lampung Timur, pada Minggu (17/4/2016). Korban masih mengenakan seragam SD lengkap dengan sepatu dan tas sekolahnya.
Lokasi penemuan jasad korban berjarak sekitar 15 kilometer dari rumah korban. Korban menghilang sejak Kamis (14/4/2016). Orangtuanya mencari keberadaan korban, namun tidak menemukannya hingga akhirnya melapor ke polisi.
Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Provinsi Lampung Andi Alan mengatakan, saat divisum, kondisi kemaluan korban rusak parah dan bagian kepala memar.
"Kami sudah laporkan kasus ini ke kepolisian, tetapi tampaknya agak berat karena dalam kasus ini tidak ada saksi," kata Andi, Senin (9/5/2016).
Berdasarkan keterangan saksi yang juga teman korban, sebelum hilang, MI dan para saksi ini sedang bermain, lalu bertemu dengan seorang pria menawarkan es krim.
"Empat anak ini tidak ada yang mau, tapi korban mau, kemudian korban dibawa dengan naik motor yang diapit dua orang dewasa," jelas Andi menjelaskan keterangan saksi.
Baca juga: Seorang Siswi SD Dikabarkan Diculik Usai Pulang Sekolah
Korban merupakan anak yatim dari seorang buruh tani di Lampung Timur. "Kehidupannya sangat sederhana. Kami juga masih bingung apa motif pelaku membunuh anak tersebut," ujarnya lagi.
Sementara itu, Kapolda Lampung Brigjen Ikeu Edwin mengaku pihaknya kesulitan mengungkap kasus yang menimpa korban MI. "Kami masih terus melakukan penyelidikan setelah ditemukannya jenazah pada April lalu," katanya.
Kasus ini sulit terungkap karena tidak ada saksi yang dapat memberi keterangan pasti.
Belakangan, kasus kekerasan terhadap anak marak terjadi di Lampung. LPA sendiri dalam sebulan telah menangani empat kasus kekerasan seksual terhadap anak. Di antaranya ayah tiri mencabuli anaknya; seorang kakek penjaga sekolah mencabuli empat balita di Bandar Lampung dan; pencabulan terhadap anak TK di Kota Metro.
Eni Muslihah / Kompas.com
KOMENTAR