Banyak orang memercayakan vitalitas tubuhnya dengan mengonsumsi vitamin. Demi mendapatkan tubuh yang sehat nan bugar, vitamin menjadi salah satu yang dikonsumsi sebagian besar orang di pagi hari.
Meski kebutuhannya kecil, vitamin merupakan kandungan penting yang harus didapat oleh tubuh. Vitamin dan juga mineral dapat membantu proses metabolisme tubuh dan pembentukan energi.
Dokter spesialis gizi klinik Samuel Oetoro mengatakan, ada dua jenis vitamin, yaitu vitamin yang larut air dan larut lemak. Walau sangat diperlukan oleh tubuh, ada beberapa vitamin yang tidak boleh dikonsumsi secara berlebihan.
Baca: Hati-hati, Terlalu Banyak Konsumsi Suplemen Diet Berisiko Kanker!
"Vitamin yang jangan dikonsumsi berlebihan dalam jangka panjang itu adalah vitamin yang larut lemak. Vitamin larut lemak itu A,D,E, dan K," terang Samuel di Jakarta, Selasa (31/5).
Salah satu contohnya adalah vitamin A yang bisa didapat dari telur, hati, susu, serta sayur dan buah-buahan. Samuel menjelaskan, dampak berlebihan vitamin A bisa merusak hati dan tulang. Dosis aman vitamin A, yaitu 10.000 IU/hari dan pada ibu hamil tidak lebih dari 8000 IU/hari. Di samping itu, vitamin A penting untuk kesehatan mata, kulit, dan sistem imun.
Baca: Mengapa Perlu Mengonsumsi Suplemen Tambahan Selama Detoks?
Sementara itu, jika dampak kelebihan konsumsi vitamin D bisa menyebabkan tingginya kadar kalsium dalam darah. Untuk mendapat vitamin D, sebenarnya cukup berjemur pada sinar matahari pagi.
Selain dari makanan, banyak orang yang mencukupi kebutuhan vitamin dari konsumsi suplemen. Menurut Samuel, konsumsi suplemen vitamin memang diperlukan, apalagi jika kebiasaan makan sehari-hari tidak cukup buah dan sayur.
Namun, konsumsi suplemen vitamin pun tidak boleh berlebihan dosisnya. Misalnya, konsumsi dua vitamin yang sama-sama mengandung vitamin A, D, E, K. Hal ini bisa menyebabkan tubuh kelebihan vitamin tersebut.
Menurut Samuel, pilihlah suplemen yang mengandung vitamin dan mineral lengkap. Sebab, beberapa vitamin dan mineral terkadang tidak kita dapatkan dari konsumsi makanan yang sudah diolah.
Dian Maharani/KompasHealth
KOMENTAR