Rasanya sayang berkunjung ke kota yang dikenal sebagai Serambi Mekkah tanpa mencoba wisata kulinernya. Padahal, kekayaan kulinernya sangat menggugah selera. Dan tak cuma kopi saja lho yang layak dinikmati, kuliner tradisional seperti mie kepiting pun wajib disambangi.
RM Syiah Kuala: Sajikan Kuliner Tradisi
Berlokasi di kawasan Jalan Syiah Kuala, Lamdingin, Banda Aceh, Rumah Makan Syiah Kuala menawarkan cita rasa makanan tradisional. Bangunan rumah makan yang khas beserta suasana yang asri menambah kenikmatan menyantap sajian tradisional yang ditawarkan. Pelayanan yang diberikan pun terhitung cepat, pengunjung tak menunggu lama untuk langsung mencoba kuliner yang disajikan.
Andi (26), pengelola RM Syiah Kuala yang ditemui NOVA menceritakan kelebihan dari kuliner yang disajikan di rumah makan ini. Menurutnya, menu tradisi yang ditawarkan semuanya terinspirasi dari masakan Aceh dan sekitarnya.
“Ada banyak varian menu makanan, konsumen bisa memilih mana yang disukai. Mulai dari ayam kampung panas, asam keumamah, plik u, kari kambing muda khas Aceh Rayeuk, asam udang le, asam camplie, asam kepiting keumamah gulai kampoeng, asam teri tepep, ikan paya tangkap goreng, daging bakar cincang, daging goreng garing, ayam tangkap dan masih banyak menu lain yang pasti akan menggoyang lidah,” katanya berpromosi.
Dari semua sajian tersebut, menu andalan yang selalu dicari para konsumen adalah asam keumamah. “Menu ini menjadi favorit, melengkapi menu lain seperti ayam kampung goreng. Ayam goreng ini disajikan dengan daun kari sama daun pandan yang sudah dibumbu dan digoreng renyah.Satu lagi yang juga tidak ketinggalan dipesan adalah kari kambing muda,” jawab Andi.
Semua masakan diolah dengan cita rasa tradisional khas Aceh dan sekitarnya. “Keumamah itu juga kan terkenalnya dari Aceh dan menjadi ikon. Keumamah adalah ikan kayu atau ikan tongkol yang dimasak dengan cara pengasapan. Diolah bersama combrang dengan bumbu bawang putih sedikit dan tentunya bersama asam serta cabai hijau menjadikan asam keumamah nikmat tak hanya sebagai pelengkap tetapi juga jadi lauk,” sahutnya.
Tak hanya melayani konsumen di rumah makan, rumah makan ini juga melayani pesanan. “Menu Ayam Tangkap ini spesial dan khusus untuk pesanan, karena membuatnya memang harus dibumbu lagi,” jelasnya.
Soal harga, lumayan terjangkau untuk semua kalangan. “Harga di sini terhitung murah, mulai 10ribu per porsi, jadi bisa dinikmati semua orang. Mulai pengusaha, pekerja kantoran sampai mahasiswa bisa menikmati kelezatan masakan kami,” kata Andi.
Kari kambing yang paling mahal pun hanya dihargai Rp20 ribu seporsi. Tak heran, tempat ini selalu menjadi rekomendasi dan dipadati para pelanggan dan pendatang. RM Syiah Kuala sendiri sudah buka selama 2 tahun dan sekarang penikmatnya semakin bertambah. Semua menu otentik dan original khas Aceh dari resep nenek yang akan terus kami lestarikan,” tambah Andi yang merupakan adik dari sang pemilik, Nazaruddin.
Mie Razali: Pilihan Para Pendatang
Pencinta kuliner mie tentu tak akan melewatkan untuk menikmati kelezatan mie aceh yang terkenal. Uniknya, di kota Banda Aceh, tak ada lagi sebutan mie aceh, melainkan langsung merujuk kepada lokasi atau nama pemiliknya, misalnya Mie Razali, Mie Ayah Iy, Mie Lala dan masih banyak lainnya.
Nah, nama Mie Razali adalah yang pertama selalu menjadi rekomendasi bagi para pendatang. Berlokasi di kawasan kuliner malam Peunayong, tepatnya di jalan Panglima Polem No.83-85, Mie Razali menjadi spot kuliner yang wajib disinggahi. Beberapa bahkan menyebutkan, tidak sah rasanya berkunjung ke Banda Aceh sebelum mencicipi kuliner Mie Razali ini.
Pamor Mie Razali semakin naik setelah Presiden Jokowi datang dan membuktikan sendiri kelezatan olahan mie ini. Ya, tempat makan ini memang seakan tak pernah sepi dari pengunjung. Ketika hendak memasuki tempat makan ini, pemandangan pertama yang terlihat adalah keramaian pengunjung. Selain itu, aroma tumisan rempah khas Aceh yang menyeruak hidung pun terasa mengoda lidah.
Kelezatan Mie Razali, yang memiliki slogan “Citarasa Sepanjang Masa”, ini tampaknya memang bukan sekedar isapan jempol semata. Ya, mie yang digagas oleh sang pemilik, Razali, ini sudah beroperasi sejak tahun 1967 dan menjadi usaha keluarga yang diteruskan secara turun temurun. Bahkan cabangnya kini sudah cukup tersebar di kota seperti Aceh Besar dan Aceh Tengah.
Tempat makan ini menyediakan tiga jenis penyajian mie seperti mie rebus, mie goreng dan mie goreng basah atau yang dikenal seperti mie nyemek. Sedangkan untuk isian, Mie Razali menyediakan aneka isian yang variatif, mulai dari ayam, daging, udang, jamur, cumi-cumi dan kepiting.
Sama seperti mie aceh yang lain, bahan mie yang digunakan adalah mie lidi berbentuk silinder menyerupai mie spageti. Apabila Anda menyukai porsi besar, maka Mie Razali merupakan pilihan yang tepat. Tetapi jika Anda tak suka porsi besar, Anda bisa memesannya dengan porsi setengah atau membaginya dengan teman makan Anda. Porsi yang diberikan memang cukup besar dan bisa membuat Anda tak bergerak usai menghabiskannya.
Mie yang dibumbu dengan rempah khas ini berwarna merah mengkilat, tapi tak perlu khawatir karena ternyata tak terlalu pedas seperti kelihatannya. Tak ketinggalan emping sebagai pendamping untuk menyantap mie ini menjadi semakin komplit.
Harga yang ditawarkan juga sangat bersahabat. Untuk mencicipi mie lezat Mie Razali, Anda hanya perlu menyiapkan kocek mulai dari Rp10 ribu. Seporsi mie kepiting atau mie campur yang terdiri dari berbagai isian Anda hanya perlu menyiapkan kocek sebesar Rp40 ribu. Sedangkan untuk melengkapi hidangan makanan yang lezat, disediakan berbagai sajian minuman dingin dan jus, seperti jus terong belanda, alpokat, jeruk, mangga dan berbagai buah lainnya yang juga harganya tidak membuat kantong Anda bolong.
KOMENTAR