Membuka Klinik
Saya membuka klinik bermodalkan dua kamar. Nama kliniknya, Klinik Permata Hati. Nama “Permata” saya dapatkan atas usulan teman, sementara suami menambahkan menjadi Klinik Permata Hati. Sesuai namanya, kami berharap klinik itu bisa menjadi permata hati bagi semua yang membutuhkan pertolongan.
Jujur, saya tidak memiliki modal saat mendirikan klinik, bahkan semua perlengkapan seperti tempat tidur dan lainnya itu saya peroleh dari kredit ke salah satu toko yang pemiliknya saya kenal baik. Dengan fasilitas yang sederhana, ternyata pasien tetap datang dan percaya kepada saya.
Klinik Permata Hati pun berkembang dan menjadi besar. Saya kemudian menambah kamar, dari 2 menjadi 60 kamar dan menjadikannya Rumah Sakit Permata Hati. Prosesnya tentu panjang, dari tahun 1991 hingga tahun 2002. Dari dua kamar kemudian diperluas dan ditambah menjadi lima kamar, kemudian begitu ada uang diperluas lagi menjadi sepuluh kamar. Eh, namanya juga rezeki, tanah di samping dan belakang rumah kemudian ditawarkan kepada saya, jadi akhirnya nambah kanan, kiri, depan dan belakang. Saya pun membuka lapangan pekerjaan dan mengajak teman bergabung dan praktik di Klinik Permata Hati.
Tahun 2002 adalah puncak perjalanan klinik, bahkan saat itu sudah setingkat dengan rumah sakit. Makanya, dibantu suami, saya kemudian mengubah klinik menjadi rumah sakit. Saat itu, karena suami sibuk dengan tugasnya sebagai Kepala Dinas yang membawahi dinas dan puskesmas, maka semua urusan klinik diserahkan kepada saya. Jadi, meski masih bertugas di puskesmas, saya juga masih mengurus klinik yang saat itu tengah berproses menjadi rumah sakit. Untungnya, saya dibantu anak sulung saya yang juga calon dokter dan sangat telaten mengurus bayi.
KOMENTAR