Tabloidnova.com – Selain berkolaborasi dengan d’Massiv, penyanyi religi Raef Haggag juga sibuk memandu program jalan-jalan di sebuah stasiun televisi yang tayang selama bulan puasa ini. Sebenarnya, program yang ia pandu ini adalah musim yang kedua. Tahun lalu, ia sudah pernah melakukannya dimana ia hanya berkesempatan keliling kota Jakarta saja. Kesempatan kali kedua ini menjadi sangat berharga karena penyanyi keturunan Mesir yang berdomisili di Amerika Serikat ini bisa berkeliling pulau Jawa.
“It was an incredable journey. Berapa banyak orang yang bisa mendapat kesempatan keliling Jawa dan mengunjungi 30 kota yang berbeda, berjalan sekitar 2300 kilometer selama 20 hari? Ini merupakan kunjungan saya yang ke-13 kalinya ke Indonesia dalam dua tahun terakhir ini. Biasanya, saya hanya mengunjungi Jakarta dan kota-kota terdekatnya. Jadi, bisa keliling Jawa, mengunjungi tempat kuno dan melihat-lihat berbagai macam mesjid bersejarah sangat di luar dugaan. Beberapa mesjid umurnya sudah 500 sampai 600 tahun lebih tua dari negara saya sendiri dan ada juga mesjid bawah tanah. Sangatla luar biasa. Misi saya adalah mengerti cerita Islam di Indonesia dan itu adalah cerita mengenai rasa hormat dan toleransi,” ujar penyanyi kelahiran 1982 itu.
Selama berkeliling Jawa ini, Raef mengaku sempat terkesan dengan satu mesjid di Kudus yang bangunannya sama sekali tidak menyerupai kebanyakan mesjid. Dan, saat ia mencari tahu lebih dalam mengenai mesjid ini, Raef tidak dapat menutup perasaan kagumnya.
“Ada mesjid di Kudus yang bangunannya lebih mirip dengan kuil agama Hindu. Bangunan itu adalah contoh hasil toleransi yang luar biasa. Mereka sengaja membangun mesjid yang dari luarnya mirip dengan kuil. Cerita di balik itu adalah ketika Islam masuk ke kota itu, mayoritas penduduk di situ menganut agama Hindu. Jadi, ketika mereka mencoba mengajarkan Islam, mereka tidak ingin menyinggung tetangga mereka, penduduk yang menganut agama Hindu. Itu sebabnya mereka membangun mesjid seperti itu agar pas dengan kebudayaan di situ. Dan, mereka memberitahu para penganut agama Islam yang baru di situ untuk tidak memakan daging sapi sebagai tanda menghormati. Serunya lagi, hingga saat ini, setelah ratusan tahun kemudian, warga setempat pun masih tidak memakan daging sapi! Menakjubkan, bukan? Ini sangat berbeda dengan opini publik yang sering menyebutkan Islam itu adalah teroris.” ucapnya.
Syanne
KOMENTAR