"Dia (Ananda) alhamdulilah bulan April 2016 sudah lulus. Malah lulus duluan dibandingkan kami, sekarang kerja di Surabaya," kata Tama sambil tersenyum.
Tak lama berselang, pada bulan Mei 2016, Tama menyusul lulus dari S-1 Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) Universitas Sanata Dharma.
Setelah lulus, dia sempat menjadi guru bantu di SMP Pangudiluhur 1 Kota Yogyakarta. Namun karena ingin fokus pada usahanya yang sudah dirintis, dia memutuskan untuk keluar. Keempat temannya memutuskan untuk tidak melanjutkan usaha cold brew coffee.
"Saya sendirian soalnya Ananda sudah kerja di Surabaya dan dua teman pengen fokus kuliah. Saya sekarang sendirian dan pengen fokus membangun usaha ini," tuturnya.
Tekad meneruskan usaha ini tidak lain karena cita-cita Tama yang ingin memiliki usaha sendiri. Selain itu, pria kelahiran 4 Juni 1990 ini sejak kecil sudah suka kopi dan menyadari bahwa passion-nya terkait kopi.
Nama Elsico Caffee lanjutnya memiliki arti memanggil. Dahulu, ia dan teman-temannya dari Lahat menceritakan mimpinya masing-masing kelak ingin menjadi apa. Sekarang Tama telah memulai meraih mimpinya memiliki brand produk sendiri.
"Elsico itu seperti memanggil, ini saya sudah mulai meraih mimpi punya brand sendiri. Ayo kalian kapan memulai meraih mimpi-mimpi itu," ungkapnya.
Dalam meneruskan usahanya, Tama harus bersusah payah karena keterbatasan dana dan prasarana. Namun keterbatasan itu tidak membuatnya menyerah pada keadaan.
Tama terpaksa harus memodifikasi kamar kosnya di Gang Bromo Nomer 15 Mrican, Sleman. Selain sebagai tempat berteduh dan tidur, kamar kosnya juga dijadikan tempat meracik produk karena belum mampu menyewa kios.
Wijaya Kusuma / Kompas.com
KOMENTAR