Kanker payudara adalah penyebab kematian kedua pada perempuan setelah kanker leher rahim. Penyebab utamanya masih menjadi tanda tanya besar bagi praktisi medis.
Perbedaannya jika sel-sel bekerja normal pada tubuh yang sehat, pada penderita kanker payudara, sel tersebut tumbuh tidak terkontrol. Akibatnya timbul sifat agresif pada kelenjar, saluran, maupun jaringan payudara.
Untuk menanganinya umumnya terapi kanker bersifat satu kesatuan mulai dari operasi, kemoterapi, dan radioterapi.
Dibalik proses itu tentu saja begitu banyak kisah yang menyertai para perempuan yang menjadi survivor kanker payudara. Termasuk Fio Aguila (32), perempuan yang tinggal di Beaconsfield, Sydney, Australia ini diberitahu bahwa ia memiliki kanker payudara stadium 3 pada Mei silam.
Fio yang berprofesi sebagai koki ini menceritakan diagnosis kanker ganas itu datang ketika ia benar-benar lelah dan stres dalam kondisi yang amat buruk. Suatu hari ia terbangun dari tidur dan merasa salah satu payudaranya terasa lebih berat.
"Rasanya seperti aku sedang menyusui," kata Fio pada Daily Mail. "Saya pikir itu karena pengaruh siklus menstruasi,” sambungnya.
Baca: 3 Perbedaan Tumor Jinak dan Kanker Payudara
Tapi, 4 hari kemudian, keluhan itu masih ada. Kemudian ia menemukan benjolan kecil ketika memeriksakan diri ke dokter. Setelah serangkaian tes mamografi dan biopsi, Fio pun mendapati dirinya memiliki kanker payudara 'agresif'.
Fio merasa amat bodoh karena tak pernah benar-benar memerhatikan kesehatannya. Meskipun ayahnya meninggal karena kanker 20 tahun lalu, ia tutup mata soal penyakit itu karena mengingatkannya akan rasa sedih. “Saya tidak pernah ingin membicarakannya."
Dan, ketika dirinya sendiri divonis kanker, Fio langsung berpikir untuk sesegera mungkin menyingkirkan penyakit ini dari tubuhnya. Ia memilih melakukan operasi pengangkatan tumor- yang lebih besar dari perkiraan- walau ia merasa masih ada perawatan yang lebih tepat untuk mengobatinya.
Sebab ada perasaan aneh yang dialami Fio tiap kali orang di sekitarnya membicarakan kemoterapi yang nantinya harus ia jalani. "Saya sedang dalam masa pemulihan selama beberapa minggu. Sambil menunggu hasil tes, orang-orang berpikir saya harus melakukan kemoterapi," katanya yang menganggap cara itu bukan solusi yang ia sukai.
Namun, Fio begitu terpukul ketika hasil tes menyebut kanker semakin mengganas dan ia diwajibkan melakukan kemoterapi dan radioterapi. Melihat efek samping yang mungkin terjadi dari pengobatan itu, ia malah makin takut.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR