Kuliah Sibuk Berbisnis
O iya, aku juga mantap mengenakan hijab ketika berumur 14 tahun dan duduk di bangku kelas 3 SMP. Aku mendapat banyak teladan serta nilai nilai-nilai Islam sejak kecil, apalagi aku dulu, kan, juga bersekolah di sekolah Islam. Itu juga yang kemudian menjadi pemicu untuk mengenakan hijab. Memang ada faktor internal dan eksternal yang membuatku berhijab sejak muda. Yang jelas, aku lebih merasa nyaman dan aman berhijab, dan aku makin yakin saat menemukan salah satu ayat di Alquran yang menjelaskan bahwa menutup jilbab agar memiliki identitas dan menghindarkan dari gangguan.
Hidup prihatin kujalani hingga aku sekolah di SMAN 61 Jakarta. Tantangan yang kuhadapi semakin besar. Kedua orangtuaku mulai bermasalah karena kondisi ekonomi tak berujung baik, bahkan memicu perpecahan keluarga. Semua nilai pelajaran turun dan aku tidak lagi konsentrasi belajar. Aku sama sekali juga tidak termotivasi untuk berprestasi dan cuek dengan nilai pelajaran.
Satu bulan sebelum ujian masuk perguruan tinggi, aku berpikir bagaimana nantinya masa depanku bila tidak bisa lulus. Nenek juga sempat mengingatkanku untuk tidak merepotkan orangtua dan berharap aku bisa mendapat beasiswa sehingga tak perlu lagi membayar uang kuliah. Mendengar pesan nenek, aku jadi termotivasi dan ingin melakukan yang terbaik. Aku ingin memiliki masa depan yang lebih baik.
Hasilnya, aku lulus dan diterima masuk di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik di Universitas Indonesia. Walaupun sudah lulus, aku masih harus membayar daftar ulang. Saat itu biaya yang dibutuhkan sekitar Rp2 juta dan orangtuaku tak punya uang sebanyak itu. Hingga hari terakhir, aku pasrah mendatangi kampus dan berusaha mengajukan keringanan. Singkat cerita, ternyata orangtuaku mendapatkan jalan. Mereka membawa uang untuk membayar daftar ulang.
Di saat susah ini, aku juga harus menghadapi kenyataan bahwa akhirnya kedua orangtuaku memutuskan berpisah. Aku pun hidup dengan mama. Melihat kondisi yang serba sulit, aku berpikir untuk dapat menghidupi diriku sendiri.
Sejak masuk kuliah semester pertama, aku sudah nyambi bekerja sampingan, mulai dari membantu dosen, bekerja part time menjaga komputer di jurusan, ikut proyek dosen, mengajar privat, sampai kerja magang di sebuah stasiun TV swasta nasional untuk telepolling, dan banyaklah. Aku memang berjuang mencari uang dan mencoba menghidupi diriku sendiri. Aku juga pernah berjualan jilbab, kue, pokoknya semua yang bisa menghasilkan uang. Dosenku sampai heran dan bertanya, bagaimana aku bisa mengerjakan tugas kalau aku sibuk bisnis.
O iya, aku pernah mendapat pengalaman tak mengenakkan saat kuliah. Karena kesibukanku mencari uang, saat itu aku magang dan baru selesai jam 9 malam, maka aku pun tak sempat mengerjakan tugas kuliah di malam hari. Aku mengerjakannya pagi hari dan masuk kuliah tepat pukul 08.00 pagi. Melihat hasil tugasku yang tidak memuaskan, dosen merobek tugas itu di depanku.
Sejak saat itu, aku kembali mengetatkan jadwal dan menajemen waktu. Alhamdulillah, kuliahku berjalan lancar, dan aku mendapatkan berbagai pengalaman berbisnis yang menjadi bekalku untuk mengenal pasar dengan baik.
KOMENTAR