Ada kalanya dimana masa kekerasan fisik diterapkan untuk mendidik anak oleh orangtuanya. Sebagian dari mereka mengklaim bahwa hukuman fisik akan mengajarkan anak soal mematuhi aturan sekaligus membuat anak merasa ‘kapok’ setelah dipukul.
Tapi, benarkah menghukum anak dengan tindakan fisik akan membuat anak lebih disiplin atau justru sebaliknya?
Setiap orangtua memiliki gaya pola asuh berbeda-beda dalam membesarkan anak. Anda mungkin merasa bahwa cubitan tidak akan meninggalkan trauma mendalam pada anak. Anda salah.
Segala bentuk kekerasan, baik secara fisik dan verbal, akan meninggalkan luka dalam diri Anda, entah terlihat atau tersembunyi dalam hatinya.
Denise Cummins, Ph.D, Cognitive Scientis dan Penulis Good Thinking: Seven Powerful Ideas that Influence the Way We Think, menguraikan tiga dampak buruk pada anak yang sering mendapatkan pukulan dari orangtua:
Baca: Salah Pola Asuh Bisa Sebabkan Anak Jadi Antisosial
Mengajarkan hadapi konflik dengan kekerasan
Anda menyebutnya disiplin. Anak Anda melihatnya sebagai solusi. Pasalnya, anak akan menuruti keinginan orangtua ketika mereka menerima pukulan. Kebiasaan itu akan dia salurkan dan dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan sosial.
Anak yang sering dipukul sewaktu kecil, kata Cummins, tidak memilik kendali diri dalam menghadapi konflik ketika mereka dewas.
Selain itu, anak melihat orangtua sebagai seseorang dengan tubuh yang lebih besar dari mereka. Jadi, mereka pun bakal berpikir bahwa memukul seseorang yang lebih kecil itu adalah hal yang lazim.
Anak yang tumbuh menjadi penindas atau pelaku bully di sekolah, kebanyakan memiliki orangtua yang kasar dan penyiksa di rumah.
Baca: Jangan Dimarahi, Ini Pola Asuh Anak Pembangkang yang Benar Menurut Pakar
Anak menjadi minder dan susah percaya orang lain
Orangtua seharusnya menjadi pelindung dan pembimbing anak dalam menjalani kehidupan. Sebab, orangtua merupakan orang dewasa yang paling dekat pada anak.
Nah, perilaku kasar orangtua justru membuat anak tidak percaya pada Anda. Kondisi ini pun membuat mereka semakin sulit mempercayai orang lain kala mereka dewasa.
Selain itu, anak yang terbiasa disakiti dari kecil, tumbuh dengan minim rasa empati dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Baca: Sedikit-sedikit Melarang, Apa Dampak Orangtua yang Overprotektif pada Anak?
Anak jadi bodoh
Kekerasan tidak sebatas pukulan dan cubitan. Sebab, umpatan dan hinaan juga termasuk dalam kekerasan secara verbal.
Anak yang terbiasa dibilang bodoh, tidak becus, dan malas, akan tumbuh menjadi orang dewasa yang tidak cemerlang secara akademis. Mereka juga selalu meragukan kemampuan diri sendiri.
Ingat, ucapan orangtua itu adalah doa. Jadi, pastikan selalu mengutarakan kalimat positif pada si kecil sang buah hati Anda.
Rakhma/KompasFemale
Sumber: PyschologyToday
KOMENTAR