Widiawati Bayu, Psikolog dari Kasandra Psychological Practice menjelaskan hal ini membuat kita peka pada kesulitan orang lain yang mana akan membuat kita memiliki sikap empati yakni dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain.
“Ketika menikah, bukan saja penyatuan cinta dari dua individu laki-laki dan perempuan, namun ada penyatuan dua keluarga kedua pasangan menjadi sebuah keluarga besar.”
Yang dimaksud dengan keluarga besar tersebut bisa saudara kandung kakak beradik, tante dan om, bude pakde, dan keponakan.
“Keberadaan mereka secara sosial ekonomi tidaklah sama, mungkin ada yang mapan, menengah atau kurang mapan. Dengan perbedaan sosial ekonomi seperti ini, kadang saudara yang hidupnya kurang mapan suatu saat akan meminta bantuan kepada saudara yang lebih mapan kehidupannya.”
Bantuan yang diminta tidak hanya masalah keuangan, namun bisa dalam bentuk barang atau meminta bantuan referensi dan lain sebagainya.
Baca: Ipar "Menggerogoti" Keuangan Keluarga
Namun, ada beberapa hal yang perlu cermati sebelum memberi bantuan:
1. Apa bentuk keperluannya? Mendesak atau dapat ditunda?
2.Lihat Kondisi Keuangan. Melihat pengeluaran per bulan berdasarkan pos-pos tertentu seperti pengeluaran rumah tangga, biaya pendidikan, asuransi dan lain-lain.
3. Mempelajari karakteristik peminta bantuan apakah memang benar-benar butuh. Atau ada kecenderungan suka meminta. “Kalau suka meminta, kita harus berani bersikap tegas untuk tidak membantu.”
Amati Sejak Pacaran
Perbedaan kultur dalam keluarga sangat berpengaruh dalam hal memberikan bantuan. Ada keluarga yang saling membantu jika keluarga lain dalam kesulitan, ada juga yang enggan membantu kalau tidak diminta secara langsung, atau tidak mau membantu sama sekali karena dianggap harus mandiri atau mampu dalam hal keuangan.
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR