PMR melatihku untuk belajar tentang kemanusiaan. Aku pernah menjadi duta PMR, aku juga juara lomba baris berbaris dan PMR se Kota Jogjakarta. Namun begitu nilai prestasiku di kelas tetap kujaga. Ini untuk membuktikan bahwa aku memang niat mencari ilmu. Nilai pelajaran kugenjot di kelas 10 dan 11. Lalu di kelas 12 aku berusaha semaksimal mungkin mempertahankan semua nilai nailai yang pernah kuraih di kelas sebelumnya.
Jadi, saat tahu aku lolos UGM dari jalur SNMPTN, aku sangat senang. Sebab jalur ini merupakan pola seleksi nasional berdasarkan prestasi akademik menggunakan nilai rapor dan prestasi lainnya. Setiap sekolah tingkat menengah (SMA/MA/SMK/MAK) negeri maupun swasta berhak mendaftarkan siswanya untuk mengikuti SNMPTN asalkan memiliki identitas Nomor Pokok Sekolah Nasional (NPSN) dan mengisikan data prestasi siswa di PDSS (Pangkalan Data Sekolah dan Siswa).
Aku masih ingat, usai mengikuti les, aku mendapat informasi dari kakakku, Hartoyo, yang mengabarkan lewat media sosial aku diterima di UGM. Waktu itu aku juga mendaftar di Teknik Kimia UGM, namun ternyata justru pilihan pertamaku akhirnya lolos. Semua berkat izin Tuhan.
Awalnya aku tidak menduga karena jurusan Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran UGM tentu sangat banyak saingannya. Terlebih fakultas ini juga menjadi fakultas favorit di Indonesia. Usai mendapat pesan dari kakakku, aku merasa Tuhan menjawab pengorbanan yang kulakukan selama ini. Langsung kupeluk ibu dengan erat, sambil menangis tentunya. Tangisan bangga, senang, syukur dan lega karena hasilnya sangat luar biasa.
KOMENTAR