Menikah dan hidup bersama dalam suka tentu menyenangkan serta lebih mudah dijalani.
Seperti melihat anak-anak tumbuh sehat, limpahan rezeki, tertawa dan bercanda bersama, jalan-jalan, beraktivitas bersama menekuni hobi, dan kegiatan menyenangkan lainnya.
Begitu pula saat harus menghadapi masa duka, tentu harus tetap dijalani bersama.
Menurut Noviani Adeleyna S.Psi., M.Psi., seharusnya makna sebuah pernikahan adalah komitmen suami dan istri dalam menghadapi hidup bersama berumah tangga, baik dalam suka maupun duka.
“Memang akan lebih sulit menjalani hal-hal di luar harapan kita. Kehilangan pekerjaan (PHK), pasangan sakit keras, anak sakit keras, merupakan hal-hal yang mungkin akan berat dilalui dan dapat menimbulkan stres bagi pasangan maupun anggota keluarga lainnya.”
Namun, sesuai makna pernikahan yang sudah dipegang setiap pasangan pada saat menikah, “Kehidupan yang berat ini pun harus tetap dilalui bersama pasangan dengan terus mendampinginya.”
Bagaimana cara menunjukkan dukungan dan kesetiaan kala pasangan divonis sakit keras?
1. Kehadiran Fisik
Bentuk mendampingi pasangan itu bisa secara fisik.
“Secara fisik dapat dilakukan pada saat suka, misalnya ketika pasangan mendapat penghargaan dari kantor, kita dapat hadir bersama menyaksikan penghargaan tersebut.”
Sebaliknya, pada saat duka, salah satunya ketika pasangan sedang sakit, pasangan harus terus mendampingi, memberi semangat dan kekuatan agar kembali pulih atau sehat.
“Mendampingi pasangan sedang susah akan terasa lebih berat namun tetap harus dijalani sebagaimana makna perkawinan.”
Baca: Hasil Riset: Risiko Perceraian Meningkat Saat Istri Alami 4 Penyakit Berat Berikut
2. Mental Kuat
Ketika pasangan sakit yang paling penting adalah kesabaran mendampingi.
“Karena saat pasangan sedang sakit, ia akan menjadi lebih manja, rewel, atau bahkan marah-marah. Dengan kesabaran, kita dapat tetap mendampingi, merawat pasangan.”
Bersabar juga ketika harus mengantar ke dokter untuk mendengarkan tentang penyakit yang diderita.
Persiapan mental harus dimiliki agar tetap tegar dan kuat di hadapan pasangan yang menghadapi penyakitnya.
“Pasangan tentu akan merasa down, sedih, takut. Saat itulah sebagai pasangan harus bisa memberi penguatan.”
3. Pengobatan
Menyambung poin 2, lalu, apa saja yang harus dilakukan atau dipersiapkan saat ke dokter?
“Lakukan beberapa persiapan penting, misalnya mengajukan pertanyaan ke dokter.”
Catat pertanyaan penting yang akan diajukan agar tidak lupa atau terlewat.
“Tak masalah menanyakan langsung di depan pasangan jika terkait masalah penyakit dan pengobatan.”
Begitu Anda mengetahui lebih jelas mengenai penyakit dan pengobatannya, akan membantu memahami penyakit pasangan.
“Kaitannya dengan bentuk perawatan yang akan dilakukan dan diberikan setiap harinya. Tak hanya itu, juga beserta efek samping dari pengobatan yang perlu diketahui. Misal, penyakit kanker melakukan kemoterapi, efeknya rambut dapat rontok.”
Untuk pemeriksaan selanjutnya, rencanakan pergi ke dokter bersama-sama.
Tentukan apa yang ingin diketahui masing-masing, siapa yang akan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mungkin malah ada yang mencatatnya agar lebih jelas.
Bersikaplah tegas pada dokter agar bersedia menjawab semua keingintahuan Anda dan pasangan.
Ketika pilihan pengobatan harus dilakukan, Anda dapat membantu pasangan mengumpulkan informasi dan menimbang pro dan kontranya.
4. Berpikir Jernih
Hal yang sangat memberatkan adalah ketika vonis menyatakan pasangan terkena penyakit berat.
“Anda harus tetap tegar, lalu dengarkan penjelasan dokter secara seksama. Hal ini perlu diperhatikan, karena reaksi pasangan berbeda-beda ada yang down, sedih, ataupun takut, sehingga Andalah yang harus tetap berpikir jernih.”
Jangan menelan mentah-mentah vonis dari dokter, sebaiknya tetap melakukan pengecekan kembali dengan dokter lain atau mencari second opinion.
“Lakukan diskusi dengan pasangan setelah mendengar vonis dokter.”
Baca: Waspadai 5 Gejala Sakit Berat pada Anak
5. Tenangkan Pasangan
Jika panik, berusahalah untuk lebih tegar dari pasangan.
“Jangan buru-buru berdiskusi, lakukan setelah pasangan tenang. Hal ini akan membuat lebih tenang dalam berpikir dan tidak gegabah dalam mengambil keputusan.”
Tanpa dukungan orang-orang terkasih, akan terasa berat menghadapi penyakit yang dapat mengubah hidup pasangan.
Sikap pasangan yang diharapkan adalah memberi dukungan, semangat dan mendampingi terus di masa sulitnya.
“Berkat dukungan orang-orang terkasih, pasangan akan memperoleh kekuatan.”
6. Pelukan Meredakan Frustrasi
Kondisi sakit tentu tak nyaman, pasangan mungkin akan menjadi lebih manja, rewel, marah-marah, dan menuntut perhatian penuh terutama bila rasa sakit memuncak.
“Kondisi yang berbeda dari kondisi awal tubuhnya, tentu membuat seseorang tidak nyaman. Apalagi jika penyakitnya membuat dirinya menjadi tidak mandiri dan perasaan menjadi inferior.”
Ketika hal ini terjadi, ia pun berusaha beradaptasi dengan keadaan dirinya. Saat itulah ia mulai menjadi sensitif.
"Dia akan mudah marah, tapi juga seringkali sedih pada waktu yang bersamaan karena merasa menjadi beban pasangannya. Tidak hanya emosinya saja, tetapi ketika tubuhnya sedang merasa kesakitan dapat memengaruhi suasana hatinya.”
Tetaplah sabar dan cobalah menyelami perasaan pasangan tanpa terpengaruh emosi negatifnya. “Kuatkan hati, tetap tersenyum dan pandanglah wajahnya dengan sayang. Bicaralah dengan nada lembut yang menenangkan agar emosi pasangan mereda.”
Atau, lanjut psikolog yang akrab dipanggil Ade ini, jika memungkinkan peluklah pasangan. “Karena pelukan dapat berdampak baik pada kesehatan tubuh manusia. Dengan pelukan dan sentuhan hangat dari orang terkasih, tentu akan lebih menenangkan emosi pasangan yang sedang sakit.”
7. Realistis
Terima kenyataan benar-benar membantu Anda dan pasangan untuk memiliki keberanian. Perubahan keadaan dalam pernikahan ini pun bisa membuat suami-istri semakin memahami dan menjadi jujur satu sama lain. Diskusikan bagaimana hal ini telah berubah dan bagaimana membuat yang terbaik untuk kehidupan berdua.
Penulis | : | Noverita |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR