Pekan lalu, keluar pengumuman dari The Swedish Academy jika Bob Dylan memenangkan penghargaan Nobel Prize di bidang Kesusastraan. Pemberian Nobel ini akan dilakukan di bulan Desember dimana penyanyi 75 tahun ini juga akan menerima hadiah sebesar 900 ribu dollar. Penilaian penghargaan ini berdasarkan karya-karya keseluruhan seseorang, tidak pada satu hasil karya saja.
“Bob Dylan mendapatkan penghargaan ini karena kehebatannya menciptakan ekspresi puitis baru dalam tradisi lagu Amerika,” terang pihak the Swedish Academy mengenai kenapa penyanyi hit lagu Blowin’ in the Wind, The Times They Are a-Changin, dan Like a Rolling Stone ini terpilih sebagai pemenang.
Kemenangan Bob Dylan ini berarti menyetarakan kemampuan bermain kata dalam tulisannya dengan sastrawan legendaris seperti T. S. Eliot. Ia menjadi musisi pertama yang memenangkan penghargaan seperti ini.
“Bob Dylan menulis puisi untuk telinga tetapi karya itu juga tetap bisa dibacakan seperti puisi dengan sempurna. Ia adalah seorang pujangga yang hebat dalam tradisi bertutur bahasa Inggris. Karya tidak kalah hebatnya dengan pujangga seperti Homer dan Sappho,” terang Sara Danius, salah satu anggota The Swedish Academy.
Kemenangan ini ternyata menimbulkan pro dan kontra. Mereka yang mengucapkan selamat atas kemenangan ini termasuk Presiden Obama, sesama penyanyi Bruce Springsteen dan Tom Waits, dan juga penulis Stephen King. Namun, banyak juga yang mempertanyakan kemenangannya.
“Kemenangan Bob Dylan di bidang kesusastraan seperti menghadiahkan biskuit Mrs. Field bintang 3 Michelin. Kemenangannya sama konyolnya ketika Winston Churchill terpilih sebagai pemenang,” protes penulis novel Rabih Alameddine.
Bob Dylan sendiri saat namanya diumumkan sebagai pemenang Nobel Prize sedang manggung di sebuah teater kecil di Las Vegas. Seusai penamapilannya, ia memilih untuk tidak berkomentar atas kemenangannya maupun tanggapan pro kontra akan kemenangannya.
Syanne/Tabloidnova.com
KOMENTAR