"Pendapatan gak naik biasa saja, tapi niatnya memang hanya memberi fasilitas buat yang senang baca saja," tuturnya. Ide kecilnya itu berbuah positif. Pujian mengalir deras kepada pasutri yang baru dikaruniai seorang anak itu.
"Istri banyak koleksi buku, jadi sekarang termanfaatkan. Penumpang juga suka. Jalur Soreang-Leuwipanjang kan macet, lumayan jadi obat macet. Kalau lagi macet penumpang serius baca buku," ujar Pian dengan senyum merekah.
Namun, upayanya untuk meningkatkan literasi baca tak berjalan mudah. Di kalangan sopir, Pian kerap mendapat nyinyiran.
"Ya, ada juga yang nyinyir, tapi banyak juga yang mengapresiasi," ucap pria yang tingal di Kompleks Parahyangan Kencana Blok A 11 No. 7, Desa Nagrak, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten Bandung, itu.
Ia pun kerap memerhatikan minat baca penumpang. Menurutnya, dalam sekali jalan hanya sedikit penumpang yang mau membuka koleksi bukunya. Sisanya, penumpang hanya asyik dengan telepon pintarnya.
"Paling hanya 4-5 orang yang mau baca buku," ucap Pian yang saat itu mengenakan kemeja lengan panjang dipadu jins biru dongker lusuh.
Ide angkot pustaka itu pun tak lantas mendongkrak penghasilannya. Pian mengaku, setiap hari ia hanya mengantongi untung sebesar Rp 100.000.
KOMENTAR