Perempuan kelahiran 18 Januari 1973 ini sukses memperkenalkan hasil olahan aloe vera atau lidah buaya dari Pontianak ke seluruh penjuru negeri, bahkan hingga mancanegara. Berlabel I Sun Vera, usahanya kian berkembang. Kini, setiap hari ia mengolah 2 ton aloe vera menjadi 26 produk olahan.
Aku dan keluargaku tinggal dan hidup di desa Punggur yang letaknya jauh dari Pontianak. Mungkin karena itulah kedua orangtuaku memutuskan mengirimku tinggal bersama salah satu keluarga. Tepatnya sejak aku berumur 5 tahun, demi pendidikan yang lebih baik, aku tinggal dan diasuh tanteku di Pontianak. Untungnya, selain punya tante yang baik, aku tidak sendiri, karena rumah tante memang ramai oleh sepupu dan saudara yang juga berniat sama sepertiku. Selain tante yang telaten mengasuh kami, ada dua pengasuh lain yang juga ikut membantu.
Jauh dari rumah sejak kecil membuatku tumbuh menjadi anak yang mandiri dan pekerja keras. Aku punya motivasi untuk maju, agar kedua orangtuaku tak kecewa. Kebetulan, aku memang tertarik dan suka membuat kue. Jadinya aku betah di dapur.
Hobi membuat kue ini sepertinya ditularkan mama yang juga berjualan kue untuk menambah penghasilan keluarga. Beliau menitipkan hasil kue olahannya ke beberapa tempat untuk dijual. Bedanya, mama piawai membuat kue tradisional, sementara aku lebih memilih mengeksplor kue-kue modern. Aku penasaran pada rasa dan bentuknya.
Bisnis Kue Sejak SMP
Melihat ketertarikanku membuat kue, orangtua memberikan dukungan dengan membiayai kursus membuat kue. Tak tanggung-tanggung, aku ikut kursus di Pontianak hingga ke Jakarta. Lucunya, aku yang waktu itu masih berumur 12 tahun selalu menjadi peserta kursus termuda.
Aku bersemangat ikut kursus karena memang suka. Dulu, di Pontianak, aku ikut kursus membuat kue di Wilton, salah satu tempat kursus membuat kue bergengsi. Setiap liburan tiba, aku juga lebih memilih pergi ke Jakarta. Bukan untuk jalan-jalan, tetapi untuk mengikuti kursus membuat kue dan masakan Nila Sari. Ya, bagiku liburan mewah itu adalah bisa mengikuti kursus kue di Jakarta.
Walaupun aku sangat tertarik dengan pembuatan kue, tetapi aku tidak pernah lupa tugas utamaku yakni belajar. Memang, prestasi akademikku tak begitu menonjol, tetapi aku selalu lulus dengan nilai yang memuaskan. Ditambah, aku punya keahlian membuat kue yang tidak semua gadis sebayaku mampu pada waktu itu.
Karena suka bikin kue, aku selalu mengumpulkan uang jajan kemudian kubelikan bahan dan kuolah. Seingatku, waktu itu aku gandrung membuat kue nastar. Kue buatanku itu kemudian kujual kepada teman-teman di sekolah.
Kebetulan saat SMP, aku masuk kelas siang, sehingga aku punya waktu untuk menyalurkan hobiku. Aku bisa memasak hingga tengah malam. Setiap pulang sekolah, aku segera ganti baju dan bergegas ke dapur membuat kue. Nastar buatanku waktu itu kujual Rp1000, dan direspons positif. Banyak teman dan guru yang suka. Aku pun mulai lebih rutin menjual. Tetapi, aku juga tetap mengerjakan semua tugas sekolah dan PR supaya nilaiku tidak jeblok.
Banyak pengalaman yang aku dapatkan saat berbisnis kue nastar. Enggak hanya yang enaknya saja, seperti dapat uang, tapi aku juga beberapa kali kena setrum saat menggunakan oven listrik. Ha ha ha. Semuanya menjadi pengalaman berharga yang menumbuhkan jiwa wirausaha. Aku semakin yakin nantinya bisa menjadi pengusaha kue.
KOMENTAR