"Kaki ibu ini sebagai ganti kakimu". Kata-kata penuh kasih sayang ini terlontar lembut dari Tatik Sukilah (47) sembari menggendong putranya, Erry Susilo (16).
Erry menderita kelumpuhan dari leher hingga kaki. Ke mana pun ia pergi, ia selalu digendong oleh Tatik. Siang itu, ojek yang ditumpangi Erry dan Tatik berhenti di depan sebuah lorong. Dengan sigap, Tatik memberikan punggungnya sebagai sandaran bagi Erry.
Erry memeluk ibunya yang berjalan selangkah demi selangkah melewati sebuah jalan kecil di sela-sela bangunan yang padat.
Langkahnya berhenti di sebuah bangunan sederhana di Ledok Tulangan DN2/143 RT 08/RW 02, Kecamatan Danurejan, Kelurahan Tegal Panggung, Kota Yogyakarta.
Rumah kontrakan berukuran 5 meter x 4 meter inilah yang mereka tempati sejak 2003.
Setelah membuka pintu, Tatik mendudukkan putranya di sebuah kursi. Jari tangannya lalu mengendorkan dasi yang dikenakan Erry. Ia melepaskan kancing seragam sekolah Erry agar lebih longgar.
Sambil duduk di lantai, Tatik melepas sepatu dan kaus kaki yang dikenakan putra keempatnya itu. Sembari mengusap keringatnya, Tatik menceritakan awal mula Erry menderita kelumpuhan.
Sesekali ucapannya terhenti karena tak kuasa menahan air matanya. Sesegera mungkin ia hapus air mata itu agar jangan sampai terlihat oleh Erry.
Tatik menuturkan, saat masih kecil, kondisi fisik Erry Susilo seperti anak-anak lainnya. Di masa itu, Erry adalah anak yang sangat aktif.
"Kelas III SD, Erry tiba-tiba saat jalan sering jatuh karena kakinya lemas dan hanya merangkak," ujar Tatik, Senin (31/10/2016).
Melihat putranya mengeluh lemas, Tatik melakukan berbagai usaha untuk menyembuhkan Erry. Ia mencari dokter maupun pengobatan alternatif. Tak hanya di Yogyakarta, Tatik bahkan datang ke Klaten, Jawa Tengah, demi kesembuhan Erry.
"Sampai Erry pindah sekolah di Wonosari untuk proses penyembuhannya, saya di Wonosari sampai satu bulan," kata dia.
KOMENTAR