Pono datang ke rumah guru dan bisa berjam-jam belajar. Semua hal ditanyakannya kepada sang guru. Pono mengaku tak suka olahraga. Malah, ketika waktu senggang, Pono lebih suka mengutak-atik komputer. Aplikasi editing Photosop menjadi hobi barunya. "Biasa edit-edit foto, yang ngajar dari UMS KKN. Saya kembangkan melalui Google dan tutorial," ujar Pono.
Baca juga: Kisah Eko Supriyanto Temukan Alat Pendeteksi Gejala Pikun
Orangtua menjadi motivasi Pono untuk terus belajar. Pono terus mengingat pesan kedua orangtuanya untuk bekerja keras agar mengubah kehidupan keluarganya. "Mereka (orangtua katakan) enggak mau kami (Pono dan saudaranya) seperti mereka. Mereka bilang harus belajar sungguh-sungguh," ujar Pono.
Pono menyampaikan keinginannya menjadi seorang juru terbang atau pilot. Alasan Pono sederhana, ingin bertualang untuk mengelilingi dunia. Pono baru sekali mengunjungi Indonesia. Di dalam lubuk hati terdalam, Pono ingin kembali pulang ke Tanah Air, ke kampung halamannya. "Ingin melihat negeri sendiri," kata Pono.
Ibu Pono, Tabita, mengaku bangga ketika Pono menjadi juara Olimpiade Matematika. Tabita mengaku tak bisa memberikan apa-apa, kecuali motivasi agar Pono dan saudara-saudaranya bekerja keras untuk bertahan hidup.
Meski memiliki pendidikan rendah, Tabita tak mau Pono dan saudaranya bernasib sama seperti dirinya. Pono memiliki tujuh saudara. Dua orang telah mengenyam bangku kuliah, sisanya berada di bangku SMK, SMP, SD dan TK. Semua biaya pendidikan ditanggung dengan hasil kebun di ladang. "Semuanya harus sekolah," ujar Tabita.
David Oliver Purba / Kompas.com
Berita yang lebih lengkap dan dalam ada di Tabloid NOVA. Belinya enggak repot, kok.
Sahabat NOVA bisa pilih langganan di Grid Store, atau baca versi elektroniknya (e-magz) di Gramedia.com, MyEdisi, atau Majalah.id.
KOMENTAR