“Perempuan itu lebih hebat dari pria, karena perempuan itu multitasking,” ujar Michael Wanandi, CEO Combiphar, saat membuka acara Combi Hope Power Empowerment dan Pembekalan tentang Digital Parenting di depan para pengrajin Circa Handmade, Bandung, Jawa Barat.
Bukan tanpa alasan Michael mengatakan hal tersebut. Ia meyakini bahwa menjadi perempuan tidaklah mudah. Berbagai peran dan tugas harus dilakukan perempuan dengan proporsi tanggung jawab yang juga terbilang tidak gampang. Mulai dari menjadi ibu yang mengasuh dan mendidik anak, istri yang merawat dan membahagiakan suami, perempuan sosial dan lain sebagainya.
Lantas, apa sebenarnya tantangan sebagai perempuan modern Indonesia di masa mendatang? Ratih Ibrahim, psikolog, menjelaskan pada tabloidnova.com sembari berdiskusi santai di tengah sejuknya udara Cihanjuang, Bandung, jumat petang kemarin (9/12).
Baca: Ratih Andjayani Ibrahim, Jatuh Cinta Pada Dunia Psikologi
“Banyak sekali tantangannya menjadi seorang perempuan modern yang hidup di zaman serba canggih sekarang ini. Namun yang pasti, perempuan harus bisa berdamai dengan dua hal dalam kehidupannya. Pribadi untuk keluarga dan pribadinya untuk publik atau lingkungan sekitar,” kata Ratih.
Setelah menyeruput secangkir teh hangat, Ratih kembali memaparkan bahwa perempuan modern harus bisa membelah diri (membagi waktunya) untuk dirinya sendiri, keluarga dan publik sekelilingnya. Dalam artian ia harus bisa menunaikan tugas mulia dan pentingnya sebagai ibu, istri dan bagian dari keluarga serta kehidupan pribadinya untuk berdaya guna, dan pengembangan dirinya dalam pekerjaan atau keahlian tertentu.
Baca: Ratih Ibrahim: Memasak Bersama Keluarga Adalah Terapi
“Tantangan lainnya dari orang terdekat ialah suami. Seringkali kajian tentang pemberdayaan perempuan bergesekan dengan konflik keluarga dan perannya dalam rumah tangga. Itulah mengapa perempuan modern harus dapat melakukan semua hal secara baik dan jelas. Pembagian tanggung jawab yang merata akan membuat perempuan dan keluarga serta lingkungan sekeliling bersinergi,” tambah Ratih.
Ia pun menambahkan bahwa perempuan modern atau ibu modern harus mempunyai pijakan yang pasti, kepercayaan diri sehingga mampu berdaya bagi diri sendiri, keluarga dan lingkungannya.
Baca: Jangan Cuma Galau. Jadilah Relawan untuk Ikut Membangun Negeri Ini
“Seperti yang sebelumnya saya jelaskan di awal diskusi, sejatinya perempuan itu punya ‘akar’ dan ‘sayap’. Akar adalah pijakan dari diri sendiri, sehingga perempuan harus sehat, cerdas, melek akan perkembangan zaman dan teknologi. Sedangkan, sayap adalah ia dan pekerjaannya, ia dengan kariernya dan dengan aktivitas bersama orang sekitarnya,” terang Ratih yang juga merupakan pakar dari Personal Growth.
KOMENTAR