Digital Parenting kini menjadi salah satu isu hangat yang banyak dibicarakan oleh para orangtua di dunia, termasuk di Indonesia. Digital parenting mencakup bagaimana langkah penting yang harus disadari dan diterapkan oleh para orangtua untuk menghadapi perkembangan teknologi dalam kehidupan sehari-hari pada buah hati kita.
“Tak ada yang bilang teknologi itu harus dihindari atau buruk bagi manusia. Sebenarnya teknologi itu sangat membantu memajukan zaman dan orangnya selama dilakukan dengan benar dan dimanfaatkan untuk kepentingan bersama yang positif. Sayangnya, banyak orang termasuk generasi muda dan anak-anak yang malah menjadi adiksi terhadap gadget dan internet,” ujar Ratih Ibrahim dalam diskusi Digital Parenting CombiHope Women Empowerment bersama seluruh pengrajin Circa Handmade di Cihanjuang, Bandung, Jawa Barat pada Jumat (9/12).
Baca: 3 Ciri Utama Anak Kecanduan Main Gadget
Adapun 10 karakter negatif anak yang diakibatkan kebiasaan online addiction melalui gadget atau perangkat elektronik lainnya. Seperti yang diutarakan Ratih perihal karakter generasi milenial sekarang ini.
“Kesepuluh karakter negatif anak akibat kecanduan gadget ialah individualistis (generasi egois), memiliki kebutuhan untuk tampil dan dilihat, doyan selfie dan narsis, cenderung matrealistis, ambisius yang negatif, butuh apreasiasi, mudah merasa stres, daya juang yang lebih rendah, un-sos atau malas bergerak dan bersosialisasi dengan orang lain, sulit fokus dan konsentrasi, dan lain sebagainya,” terang Ratih.
Lantas bagaimana mencegah agar hal tersebut tidak terjadi pada buah hati kita? Apalagi mengingat sebagai orangtua waktu Anda terbagi dengan sejumlah aktivitas pekerjaan di luar rumah.
Baca: Yang Harus Diperhatikan Sebelum Memberi Gadget pada Anak
“Orangtua harus memberi akar dengan menanamkan karakter dan kedisplinan. Kemudian sayap untuk mencari dan menggali ilmu. Anak harus dibekali moral dan agama. Selain itu, pengasuhan pada anak sejak dini akan lingkungan dan kebutuhan untuk tumbuh kembang juga harus dilakukan demi kepercayaan diri dan keahlian hidup lainnya,” tambah Ratih.
Ratih pun menekankan batasan waktu untuk bermain dengan gadget dalam sehari dan kapan ia boleh bermain gadget setelah menyelesaikan kewajibannya. Ini sangat penting agar anak mampu mengetahui tugas dan tanggung jawabnya yang lain, terutama dalam hal pendidikan dan sekolah.
KOMENTAR