Semur merupakan olahan daging dengan cita rasa legit yang berasal dari penggunaan kecap manis. Ada sensasi rempah karena memakai rempah khas Indonesia, seperti kemiri, pala, ketumbar, jinten, kayu manis, dan cengkeh.
Lauk semur hadir di meja makan orang Indonesia terutama ketika hari raya Idul Fitri. Namun, ternyata semur memiliki sejarah yang unik. Semur adalah hasil akulturasi budaya berbagai bangsa, yakni Indonesia, China, dan Belanda.
"Tradisi dari zaman purba setiap masyarakat pasti punya cara mengolah daging dan cara mengawetkan daging tersebut. Daging semur adalah tradisi purba dari Indonesia. Kemudian datang pendatang dari China minta dibuatkan masakan kampung halamannya yang bahannya dari sari ikan kek," kata sejarawan JJ Rizal pada acara Peluncuran Peta Kuliner Nusantara di Gedung BukaLapak, Jakarta.
Baca: 8 Makanan Khas Lebaran yang Selalu Dirindukan
Menurut Rizal, karena kebanyakan pendatang dari China adalah laki-laki, mereka kemudian memperistri perempuan Melayu.
"Sang istri yang orang Melayu memasukkan unsur mereka dengan gula jawa. Maka, jadilah kecap manis," katanya.
Uniknya, yang memberi nama masakan tersebut, lanjutnya, bukanlah orang China pendatang ataupun sang istri orang Melayu.
"Orang Belanda yang justru memberi nama masakan ini semur yang artinya daging dengan rasa manis yang dimasak empuk. Uniknya lagi semur dimakan di tradisi Islam, saat Lebaran," kata JJ Rizal.
Baca: Makanan Khas Purwokerto yang Bikin Kangen
Sejarah makanan Indonesia seperti semur inilah yang, menurut JJ Rizal, patut dirayakan sebagai bagian dari budaya bangsa.
"Dari meja makan kita bisa melihat persatuan dan kekerabatan kita menjadi nation (bangsa) indonesia," tuturnya.
Umumnya semur menggunakan daging sapi. Namun, kini semur hadir dalam berbagai rupa, seperti semur tahu hingga semur jengkol.
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR