Cedera kepala dapat terjadi karena banyak hal, seperti perkelahian, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera saat berolahraga, jatuh, atau sekadar terbentur.
Seperti dikutil dari Alodokter, gegar otak adalah jenis cedera kepala yang paling umum terjadi. Kata dalam bahasa Inggrisnya, concussion, berasal dari kata dalam bahasa Latin yang berarti ’diguncang dengan kencang’.
Gegar otak adalah cedera kepala yang berdampak kepada fungsi otak. Selain karena benturan dan guncangan pada kepala, gegar otak umumnya terjadi karena guncangan keras pada tubuh bagian atas. Otak terlindungi dari guncangan oleh cairan otak dalam tengkorak.
Oleh karenanya guncangan dan benturan keras pada kepala atau tubuh bagian atas dapat membuat otak ikut terguncang membentur dinding kepala bagian dalam. Kondisi ini dapat bersifat ringan, tapi juga bisa berisiko fatal jika sampai mengakibatkan pendarahan di dalam atau di sekitar otak.
Menurut tingkat keparahan dan ada tidaknya pingsan, gegar otak dapat digolongkan ke dalam beberapa jenis:
Tingkat 1: Gegar otak ringan.
Tidak mengalami pingsan, serta gejala-gejala yang dirasakan hanya berlangsung kurang dari 15 menit.
Tingkat 2: Gegar otak sedang.
Tidak mengalami pingsan namun gejala yang dirasakan lebih dari 15 menit.
Tingkat 3: Gegar otak berat.
Mengalami pingsan.
Baca: Bagaimana Cara Mengenali Gegar Otak pada Bayi? Lihat 9 Kondisi Ini
Sayangnya, cedera otak tak bisa diperbaiki sama seperti kerusakan pada ligamen dan tulang.Oleh sebab itu, orang tua wajib melindungi dengan baik sekaligus membekali diri anak agar lebih berhati-hati dalam menjaga bagian tubuh yang vital tersebut.
Untuk anak dibawah tiga tahun yang mengalami gegar otak mungkin sudah dapat memberikan sinyal pada Anda bahwa kepala mereka sakit dan menjadi lebih vokal terhadap rasa sakitnya.
Baca: Cegah Benturan Kepala Penyebab Gegar Otak Ringan pada Anak
Seperti dilansir dari HelloSehat berikut ini adalah gejala yang bisa dilihat pada anak:
1. Kepala terasa sakit
2. Mual atau muntah
3. Perubahan perilaku
4. Perubahan pola tidur — tidur lebih lama atau kurang
5. Menangis berlebihan
6. Kehilangan minat bermain bersama saudaranya atau bermain di luar, atau melakukan kegiatan favorit mereka lainnya
Baca: Cara Deteksi Dini Gejala Penyakit Hidrosefalus di Kepala Bayi
Sedangkan pada anak kecil usia sekolah mungkin sudah mampu untuk menunjukkan perubahan perilaku yang lebih jelas, seperti:
1. Hilang kesadaran singkat (kurang dari 20 menit)
2. Tampak bingung, tatapan kosong, terpengerangah, seperti kaget atau melamun; berkunang-kunang
3. Sakit kepala
4. Mual
5. Emosi labil (menangis atau tertawa tiba-tiba)
6. Pusing atau masalah fokus keseimbangan
7. Penglihatan ganda atau kabur
8. Kepekaan terhadap cahaya dan/atau kebisingan
9. Sulit berkonsentrasi
10. Sulit mengingat
11. Kebingungan atau lupa tentang kejadian baru-baru ini
12. Lambat saat merespon pertanyaan
13. Perubahan suasana hati — mudah marah, mudah sedih, emosional, gugup, cemas, mood depresif
14. Perubahan pola tidur — tidur lebih lama atau kurang
15. Kantuk dan lesu
Baca: Alasan Medis Dibalik Fakta Kurang Gizi Membuat Anak Jadi Bodoh
Untuk anak-anak di bawah usia 6 atau 7 tahun, kadang sulit untuk mengenali cedera otak, karena memori jangka pendek terbatas dan rentang perhatian singkat sering terjadi pada kelompok usia ini.
Pada anak usia SD dan remaja tanggung yang lebih tua, penanda ini akan lebih jitu sehingga Anda bisa segera memastikan kecurigaan gejala gegar otaknya. Selain itu, juga perhatikan jika ia kebingungan saat mencari sebuah kata.
Penulis | : | nova.id |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR