Menikah dan memiliki buah hati adalah dambaan setiap pasangan suami-istri. Meski demikian ada pula beberapa pasangan yang sengaja menunda kehamilan dan membuat perencanaan lebih matang soal waktu yang tepat untuk memiliki anak
Menunda kehamilan pasca menikah memang sah-sah saja, asalkah kedua belah pihak sama-sama sepakat bagaimana cara yang ditempuh untuk mencegah terjadinya kehamilan saat berhubungan intim.
Dr. Radius Adinegara, SpOG dari Rumah Sakit Husada Jakarta menerangkan ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mencegah kehamilan. Salah satunya, menggunakan alat kontrasepsi (KB).
Baca: Jangan Kaget! Ini Alasan Mengapa Ada Pasangan Menikah yang Tak Mau Punya Anak
Namun, harus hati-hati, ternyata tak semua alat KB baik digunakan untuk menunda kehamilan. Ia menjelaskan, jika sudah menggunakan alat KB dan kemudian memutuskan berhenti karena ingin hamil, maka disarankan 2 jenis alat KB berikut.
"Pasangan yang ingin menikah, tapi menunda anak sering sekali menggunakan alat kontrasepsi. Tapi, banyak dari mereka memakai alat kontrasepsi yang salah karena setelah tak dipakai perlu waktu lama untuk memulihkan kesuburan."
Untuk itu, lebih baik gunakan alat kontrasepsi sederhana seperti kondom dan pil KB. "Begitu stop minum pil, pemulihan dan kemungkinan untuk hamil lebih cepat terjadi," ungkap dr. Radius.
Baca: 7 Kondisi Ini Akan Dirasakan Tubuh Saat Masa Subur
Nah, dua alat KB berikutnya yakni suntik dan IUD atau spiral disarankan olehnya untuk tak digunakan untuk menunda kehamilan.
"Yang tidak dianjurkan adalah suntik KB dan pemasangan alat spiral. Kalau suntik KB punya jangka yang lebih panjang, jadi kalau ingin hamil, butuh waktu yang agak lama. Maka dari itu, jika menunda punya anak, jangan sampai salah memilih KB," ucapnya.
Baca: 3 Cara Gampang Ketahui Masa Subur
Atau pasangan juga bisa melakukan cara yang jauh lebih sederhana, yakni menghitung masa subur. Namun, cara ini agak sulit dilakukan jika istri memiliki jadwal haid yang tak teratur.
"Perlu tahu bagaimana mengetahui masa subur dan cara hitungnya biar tepat. Tapi, untuk yang haidnya teratur, ya. Agar mudah menghitungnya," kata dokter yang juga menjadi kepala bagian obstetri ginekologi (kebidanan dan kandungan) di RS Husada tersebut.
Penulis | : | Nova |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR