Normalnya, kita akan menghirup dan membuang napas sebanyak 20 ribu kali setiap harinya. Siklus ini berjalan rutin dan berirama, bahkan kita hampir tak merasakannya. Namun, bila tiba-tiba bernafas terasa tak nyaman, kita harus waspada terhadap kesehatan paru-paru kita.
Ada banyak gangguan pernafasan yang bisa membuat nafas kita terengah-engah atau pendek (dyspnea), seperti asma, infeksi paru-paru, dan penyakit paru-paru kronik atau chronic obstructive pulmonary disease (COPD).
COPD adalah penyakit kronis paru-paru yang disebabkan oleh kerusakan paru-paru yang tidak bisa lagi disembuhkan.
Baca: 3 Teknik Pernapasan untuk Tingkatkan Performa Seks di Ranjang
Sayangnya, diagnosa pada gejala seringkali ini tak tepat. J. Tod Olin, ahli pernafasan anak dari National Jewish Health Center di Denver mengatakan, penyebab gejala nafas terengah merupakan hal yang kompleks, sehingga butuh keterbukaan dari penderitanya juga mengenai apa saja yang dirasakan.
Untuk COPD sendiri, bsia disebabkan karena asap rokok yang dihirup baik oleh perokok maupun orang-orang di sekitarnya secara berkepanjangan. Ada beberapa kondisi yang biasanya ditemukan pada penderita COPD, yaitu:
Bronkitis Kronis
Bronkitis kronis terjadi karena adanya peradangan di dinding cabang saluran pernafasan yang menyebabkan tulang pernafasan menjadi lebih sempit dan dahak diproduksi secara berlebihan.
Baca: Wajib Coba: Teknik Bernapas Agar Bercinta Lebih Membara
Asma Kronis
Sesak nafas terus menerus karena adanya infeksi atau sumbatan karena ada bakteri atau kuman yang bersarang di dalam saluran pernafasan.
Baca: 3 Gejala Serangan Asma dan Pertolongan Pertama yang Bisa Diberikan
Emfisema
Paru-paru yang biasanya elastis berubah menjadi kaku dan susah bergerak, menyebabkan pertukaran udara di paru-paru tidak berjalan dengan sempurna.
Meskipun COPD bisa terjadi karena faktor kelainan genetik, namun COPD lebih sering ditemukan karena pengaruh asap rokok. Selain itu bisa juga terjadi karena adanya kontaminasi dari paparan terus menerus debu tertentu seperti debu kayu, debu zat kimia, dan lainnya.
Sumber : www.scientificamerican.com
Penulis | : | Dionysia Mayang |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR