Cinta sejati biasanya diibaratkan dengan kondisi tak mengenal usia, jarak, maupun perbedaan status sosial.
Baru-baru ini, pernikahan antara perempuan dan laki-laki dengan usia yang terpaut amat jauh menjadi perbincangan publik.
Baca: Pemuda Menikahi Perempuan Beda Usia 54 Tahun Ini Viral di Media Sosial
Bagaimana itu bisa terjadi?
Psikolog Aurora Lumbantoruan, Psi. menjelaskan ketertarikan lawan jenis tak melulu berdasarkan fisik dan usia.
Tapi, seperti teori Triangular Love yang dikemukakan Robert Sternberg, komponen cinta terbentu dari 3 hal yaitu passion, intimacy, dan commitment.
Lebih jauh, yang dimaksud passion adalah dorongan/perasaan romantisme, ketertarikan secara fisik, dan ketertarikan seksual.
Intimacy adalah perasaan kedekatan dengan pasangan, bisa berupa adanya pengabdian atau keterikatan maupun dukungan emosional.
Sedangkan komitmen baik dalam jangka pendek maupun panjang adalah janji atau kesediaan untuk setia, kesungguhan untuk memberikan sesuatu pada pasangan (berkorban/kerja keras, waktu, biaya dst).
Nah, kombinasi dari komponen-komponen tersebut menghasilkan tipe cinta.
Meskipun usia terpaut jauh, tapi setiap orang tak bisa memungkiri adanya ketertarikan yang timbul dari pertemuan yang ia alami.
Walaupun si perempuan tak lagi produktif secara seksual (menopause), agaknya ketertarikan fisik maupun seksual bukanlah yang utama.
Baca: 3 Pertimbangan Utama Menikah dengan Pria Lebih Muda ‘Berondong’
Merunut pada pernikahan tersebut, Aurora menyebut tipe cinta yang mungkin terjadi di antara mereka adalah companionate love, dimana passion atau dorongan seksual sudah tidak ada lagi tapi ada kedekatan yang sangat dalam, dan juga komitmen.
Namun, budaya di masyarakat kerapkali berbenturan dengan pilihan atau keputusan hidup seseorang.
Termasuk pernikahan dengan beda usia terpaut jauh tersebut.
Meski di negara maju (Barat) kondisi ini lebih didasari adanya revolusi seksual, atau kesetaraan perempuan baik dalam level pendidikan dan ekonomi, sayangnya tidak demikian penyebab yang bisa terjadi di negara berkembang.
“Seringkali perbedaan usia yang cukup jauh, didorong oleh faktor ekonomi.”
Baca: Survei: Perempuan Modern Lebih Suka Pria 'Berondong'
Dan terlepas, dari segala alasannya, selalu ada cara mempertahankan keharmonisan menjaga pernikahan dalam kondisi apapun.
Aurora pun membeberkan tips berikut:
1. Saling berbagi
Saling berbagi mengenai gambaran tentang bagaimana menjadi keluarga ideal, atau yang akan dijalani ke depan.
2. Evaluasi hubungan
Melakukan review hubungan dengan pasangan secara teratur, memandang persoalan/konflik dalam pernikahan sebagai hal normal dan dapat didiskusikan/diselesaikan
3. Tetap intim
Tidak meninggalkan seks (bila memungkinkan) dan keintiman, menjaga keseimbangan antara pemenuhan kebutuhan pribadi (privacy, hobi dsb) dan kebutuhan hubungan.
4. Dukungan sekitar
Serta menemukan dukungan di luar pernikahan.
Seperti teman, tokoh agama/masyarakat atau komunitas yang bisa bersikap positif.
Baca: Menyikapi Kebiasaan Suami yang Suka Melirik Perempuan Lain Saat Bersama Anda
"Termasuk bersama pasangan mau menghadapi pandangan miring dari masyarakat dengan kerja sama menjalankan komitmen pernikahan dengan sebaik mungkin," pungkas psikolog yang praktik di Klinik Advent Jakarta ini.
Penulis | : | Ade Ryani HMK |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR