Bagi para ibu terutama yang sedang menyusui tentu acapkali mendapati anak sedang regurgitasi.
Regurgitasi yang lebih dikenal sebagai gumoh ini ternyata merupakan hal yang wajar untuk bayi di bawah usia 12 bulan, lo.
Menurut Prof. Dr. Badriul Hegar, Ph.D., Sp.A(K)., gumoh adalah masalah atau gangguan cerna yang memang masalah umum yang banyak ditemui di seluruh dunia.
“Setiap ibu yang memiliki anak, pasti 30 persen di antaranya mengalami hal ini,” jelas spesialis pencernaan anak yang praktik di RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta ini.
Baca: Cara Mengatasi Gumoh Pada Bayi
Prof. Hegar menjelaskan bahwa gumoh merupakan aliran balik makanan atau minuman kembali ke kerongkongan.
“Gumoh merupakan gejala fisiologis, sehingga tak ada obatnya,” jelasnya.
Itulah yang membedakan dengan muntah.
Karena merupakan gejala fisiologis, maka gumoh tak ada obatnya.
Sedangkan pada muntah, bukan merupakan gejala fisiologis sehingga ada obatnya.
Untuk membedakan gumoh dan muntah, kita bisa lihat dari usia bayi kita.
Bila terjadi pada usia di bawah 12 bulan, maka itu adalah gumoh.
Terjadinya pun secara tiba-tiba, dan tak ada tanda-tanda yang bisa dipastikan sebelum bayi gumoh.
Gumoh masih dianggap wajar apabila terjadi sebanyak 4 hingga 6 kali dalam sehari.
Sekitar 80 persen bayi berusia 1 bulan ke bawah akan mengalami gumoh dengan intensitas sering.
Kondisi ini akan berkurang sebanyak 50 persen pada bayi usia 5-6 bulan dan 35 persen pada bayi usia 12 bulan.
Baca: Anak Muntah Setelah Terjatuh, Ini Pertolongan Pertama Saat Gegar Otak
Namun, gumoh juga tidak bisa diabaikan apabila terjadi pada bayi dengan usia di bawah 1 minggu.
Apalagi, bila intensitasnya cukup sering hingga mencapai 4 kali sehari.
Selain itu, perhatikan apabila bayi yang tadinya tak pernah gumoh, namun tiba-tiba gumoh, terutama di atas usia 6 bulan.
“Lihat juga, apakah gumoh mempengaruhi berat badannya, atau disertai dengan gejala lain,” tutupnya.
Penulis | : | Dionysia Mayang |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR