Setelah menikah beberapa tahun seperti apa hubungan kita dengan suami?
Apakah adem ayem saja atau berkurang keharmonisannya?
Sebuah pernikahan dikatakan sehat apabila pasangan mencintai apa adanya dengan segala kelemahan dan kelebihan masing-masing.
“Setia dalam suka dan duka, dalam kondisi sehat atau sakit,” jelas Laksmi Nurcahyo, Psikolog di RS Omni Pulo Mas dan Klinik Medika Lestari Jakarta.
(Baca: Sindrom Dual Income No Sex yang Mengganggu Keharmonisan Rumah Tangga)
Tak hanya cukup mencintai, pasangan juga harus saling menghormati dan menghargai.
“Menghargai pasangan dengan cara mengizinkan pasangan untuk mengembangkan potensi dan kompetensinya serta tidak meremehkan kemampuannya,” papar Consultant Customer Service dan Human Resource ini.
Ada perasaan nyaman, aman, tenang, dan damai saat hidup bersama pasangan.
(Baca: Mau Seks Lebih Bergairah dan Pernikahan Makin Harmonis? Lakukan 5 Kebiasaan Ini)
Sebaliknya bila ada perasaan kurang nyaman, merasa terancam, tidak damai, atau merasa terganggu ketika pasangan berada di dekat kita, hubungan tersebut perlu dievaluasi mengapa hal itu dapat terjadi.
Begitu ada masalah menerpa, keduanya harus saling mendukung, membantu, bekerja sama dalam menyelesaikan persoalan.
“Bukan berarti ketika ada masalah menimpa salah satu pasangan, pasangan lain tak mau tahu atau cuek saja. Namun, berusaha mencari penyelesaian bersama-sama.”
(Baca: Bukan Materi, Ini Cara Menghargai Pasangan yang Bikin Rumah Tangga Makin Harmonis)
Selain sebagai sahabat, kekasih, pasangan sekaligus belahan jiwa.
“Ketika berjauhan ada sesuatu yang hilang dan rindu ketika tidak berada di dekatnya.”
Sehingga begitu berkumpul kembali, semangat melakukan kegiatan bersama sebagai hiburan. “Misalnya, makan atau jalan bersama.”
(Baca: 5 Kiat Rumah Tangga Tetap Harmonis Meski Sudah Melewati Usia Pernikahan Perak)
Hal-hal Kecil
Kebersamaan tak hanya dilihat dari nilainya yang mewah atau mahal, tapi hal-hal kecil pun bisa menjadi istimewa kala dilakukan dengan cinta.
Contoh kecil, seperti mengirimkan surat atau kata-kata cinta kepada pasangan.
“Sesekali menanyakan apakah sudah makan siang atau mengerjakan apa di kantor. Hal-hal kecil itu akan memupuk kehangatan,” jelas Laksmi.
Atau memupuk kemesraan dengan yang lebih besar lagi, seperti memasak dan membersihkan rumah.
“Hasilnya bisa sama-sama dinikmati, rumah pun bersih sambil menikmati masakan yang enak dengan rasa bahagia. Rasa masakannya tak penting, namun yang dicari adalah kebersamaan.”
Bisa juga bersama-sama menanam bunga kesayangan yang baru dibeli.
“Nonton bareng film kesukaan atau film terbaru. Atau berkaraoke menyanyikan lagu yang menjadi kenangan bersama.”
Jika ada dana yang mencukupi, lakukan piknik atau jalan-jalan ke tempat yang disukai, misalnya tempat saat pertama kali berjumpa.
“Bisa juga sesekali melakukan rekreasi di luar kebiasaan, misalnya kemping. Selain mendekatkan diri dengan pasangan juga mengenali keindahan alam.”
(Baca: Tips Berintim Mesra di Depan Anak bagi Pasangan Agar Kian Harmonis)
Quality Time
Menurut Davin J. Fein dari hasil penelitiannya Spending Time Together tahun 2009, quality time penting untuk komunikasi antar pasangan, memelihara keintiman, saling memberikan dukungan, dan sharing aktivitas bersama-sama untuk lebih memperdalam kepuasan dalam hubungan dan komitmen.
DeGenova & Stinnett (2011) dalam bukunya mengenai Intimates Relationships, Marriage, and Families mengatakan, “Kebanyakan pasangan menghabiskan quality time mereka dengan cara menonton bioskop, konser, atau acara-acara lainnya.”
(Baca: Rianty Cartwright : Yang Penting Quality Time)
Namun, dibutuhkan komitmen untuk menghindari gadget saat sedang melakukan quality time.
Sementara Sherly Hidayat, Psikolog dari Ukrida, mengatakan menghabiskan waktu bersama pasangan juga merupakan suatu bentuk memori yang membuat kita jatuh cinta pada pasangan.
(Baca: 5 Cara Menjaga Kemesraan dan Rasa Cinta Pada Suami Meski Sudah Ada Anak)
Sherly memberi contoh melakukan dengan hal-hal sederhana.
“Seperti menonton acara televisi yang disukai pasangan sambil duduk berpegangan tangan. Sekaligus membahas makna film tersebut dengan diri masing-masing pasangan.”
Bisa juga minum kopi atau teh bersama di kebun, teras, atau di meja makan.
“Sambil membicarakan pemikiran masing-masing mengenai apa yang dirasakan dengan kehidupan berkeluarga yang telah dilalui.”
Noverita Kirana Waldan/NOVA.id
Penulis | : | Nova |
Editor | : | Ade Ryani HMK |
KOMENTAR