Sayangnya, yang terjadi bukan karena dua zat yang ditimbulkan saat mengonsumsi karbohidrat itu bisa membuat diri merasa lebih baik, melainkan bayang-bayang akan dampak penyakit yang dibawa.
Dalam artikel “Guides Food Addiction” yang ditayangkan oleh psychguides.com disebutkan bahwa imbas jangka panjang mengonsumsi—apalagi secara berlebihan sehingga bisa dikatakan ketergantungan pada nasi—bisa menyebabkan diabetes tipe 2.
Untuk menghilangkan rasa ketergantungan, orang perlu membatasi konsumsi nasi. Akan tetapi, beberapa hasil riset menunjukkan, mengurangi takaran konsumsi biasanya bisa jadi sulit.
(BACA:: Bau Mulut, Salah Satu dari 5 Tanda Tubuh Kekurangan Karbohidrat)
Buku Human Psysiology: From Cell to Systems yang disusun Lauralee Sherwood memberi penjelasan hubungan antara makanan yang dikonsumsi dan volume perut.
Tertulis di sana bahwa perut memiliki volume sekitar 50 mililiter (ml) saat kosong. Akan tetapi, volume bisa membesar 20 kali lipat saat terisi atau ketika seseorang sedang mengonsumsi makanan.
Bahkan, volume bisa terus bertambah ketika makanan—termasuk nasi—yang masuk lebih dari satu liter.
Maka dari itu, perlu upaya untuk mengendalikannya.
Dalam penelitian yang dilakukan Boston Children’s Hospital seperti dikutip dalam nationalpost.com, dikatakan bahwa untuk mengendalikan keinginan makan berlebihan, seseorang perlu membuat dirinya untuk mampu membatasi makanan yang dikonsumsi, terutama karbohidrat dengan kadar tinggi.
Terlebih lagi, orang Indonesia dan nasi terikat dengan riwayat yang panjang.
Nasi disebut sebagai salah satu makanan yang ada dari zaman ke zaman sejak masa Paleolitikum (50.000 hingga 10.000 tahun lalu) di wilayah yang kemudian disebut Indonesia ini.
Tak mudah
Penulis | : | Dionysia Mayang |
Editor | : | nova.id |
KOMENTAR