NOVA.id - Rohenah Alias Erna, sangat bersyukur dirinya terbebas dari narkoba yang telah membelenggunya selama 16 tahun.
Ia mengatakan hidup sebagai pecandu sangat membuat wanita kelahiran 1982 ini sangat tersiksa.
"Saya mulai jadi pecandu sejak saya duduk di bangku SMP. Tepatnya di tahun 1998 hingga tahun 2014," ujar Erna, sperti yang dikutip oleh NOVA.id dari KOMPAS.com pada Minggu (20/8).
Erna yang tinggal di jalan Melati, Tugu Utara, Koja, Jakarta Utara, mengaku jenuh kecanduan narkoba pada 2014.
Narkoba menyebabkan harta bendanya terkuras habis dan ia merasa jadi pribadi yang aneh.
"Saya saat itu sudah muak. Kepribadian saya ini jadi aneh. Kadang marah sendiri, kadang seneng sendiri. Bisa bahagia kalau nyabu, dipermainkan narkoba kan jadinya," ungkap Erna.
Awal mula terjerat narkoba
Saat masih duduk di bangku sekolah, Erna termasuk siswi yang berprestasi dan selalu menjadi juara kelas.
"Tapi di sebuah semester nilai teman saya lebih baik dari saya. Saya saat itu depresi karena sebelumnya belum ada yang mengalahkan prestasi saya," ucap dia.
Saat itu, Erna menduga prestasinya kalah karena kurang giat belajar. Dia kemudian mencoba meningkatkan waktu belajarnya agar dapat kembali menjadi juara kelas.
"Tapi ternyata saya ini tidak terlalu bisa begadang. Lalu ada tetangga saya yang memberi tahu bahwa sabu bisa bikin badan fresh dan kuat tidak tidur sampai pagi sekalipun," ujar Erna.
Sejak saat itu, Erna mulai menggunakan sabu hingga 2014.
Jadi klien rehabilitasi BNN
Jengah menggunakan narkoba, pada 2014 Erna mencari informasi mengenai tempat pengobatan yang dapat membuatnya pulih dari kecanduan narkoba.
"Saya nemu info di internet kalau rehabilitasi di BNN (Badan Narkotika Nasional) itu gratis. Saya lalu pergi ke BNN Provinsi (BNN-P) DKI Jakarta di akhir 2014," kata dia.
Di tempat itu, Erna diberikan berbagai terapi dan pelatihan.
"Selain itu saya juga diajari ngaji, sisi religiusitas saya dibentuk juga di situ," ujar Erna.
Di BNN-P DKI, Erna menjalani rehabilitasi rawat jalan selama setahun. Pada 2015 dia memutuskan untuk menjalani program rehabilitasi di BNN-K (Badan Narkotika Nasional Kota/Kabupaten) Jakarta utara karena dirasa lebih dekat dari rumahnya.
"Di sana saya itu diterima dengan baik. Saya merasa percaya diri sekali dan betul-betul bertekad untuk sembuh," ungkapnya.
Hingga pada 2016, BNN-K Jakarta Utara memberikan kesempatan kepada Erna untuk bekerja sebagai staf di kantor tersebut.
Erna mengaku sangat menikmati pekerjaannya dan merasa tidak diperlakukan seperti mantan pecandu narkoba yang kerap memiliki perilaku yang menyimpang.
"Mereka percaya sama saya. Kalau mantan pemakai kayak kami ini kan kadang tergoda sama barang-barang bagus di kantor untuk dijual buat makai lagi. Tapi mereka malah kasih saya kepercayaan buat beli alat tulis kantor, makanan, saya terapin kalau saya itu bisa dipercaya, jadi saya jalanin dengan jujur," ujarnya.
Hari ini BNN-K Jakarta Utara memberikan penghargaan kepada Erna dan sejumlah klien rehabilitasinya yang telah pulih dan kembali aktif bekerja.
"Ada sepuluh klien rehabilitasi kami yang kami beri penghargaan hari ini. Mereka sudah benar-benar dapat lepas dari narkoba dan sudah dapat kembali produktif bekerja," ujar Kepala BNN kota Jakarta Utara AKBP Yuanita Amelia Sari.
Kesepuluh klien rehabilitasi tersebut kini telah bekerja sebagai pengemudi ojek online, menjadi pegawai bank dan ada juga yang telah menjadi wirausahawan.
"Selain klien rehabilitasi, kami juga memberi penghargaan kepada sepuluh aktivis antinarkoba dan para pejabat pemerintahan yang telah mengawal kami dalam usaha pemberantasan narkoba di wilayah Jakarta Utara," kata Yuanita. (*)
KOMENTAR