Gedek yang dipasang sejak sekolah paralel itu dibangun 1 November 2013 sudah bolong di beberapa lokasi.
Bahkan, anyaman bambu seadanya itu tidak rapat lagi.Sinar matahari pun bisa masuk ke setiap celah.
Memasuki ruang kelas, kaki tetap berdebu. Lantai hanya diuruk ratakan dengan batuan kapur yang mendominasi kawasan terpencil di Sumba Barat tersebut.
Baca juga: Catat, Ini 7 Kebiasaan Orang Tua yang Malah Bikin Si Kecil Tak Sukses
Meja dan kursi pun juga tak seperti sekolahan pada umumnya. Kayu seadanya yang dibuat meja disangga di beberapa bagian.
Beberapa bahkan menggunakan bangku panjang dari kayu-bambu untuk duduk beramai-ramai.
Semakin siang, suasana kelas makin gerah lantaran atap kelas yang pendek dengan hanya ditutup dengam seng. Terlebih di musim panas dan kering seperti bulan September, cuaca sangat terik.
Baca juga: Orangtua, Ini 5 Cara Kompak dengan Suami untuk Mendidik si Kecil
Untuk menjangkau SDN Paralel Mata Wa Matee, kalau anda naik pesawat dari Jakarta atau kota besar seperti Surabaya, Bali, turun saja di Bandara Tambolaka di Sumba Barat Daya.
Dari bandara, dengan kendaraan roda empat atau roda dua tinggal mencari arah ke Jalan Trans Sumba.
Butuh 1,5 jam untuk melaju di jalanan nan mulus nan lebar untuk kawasan Sumba. Setelah sampai di kawasan Wewewa Timur, tinggal belok kiri.
Baca juga: Mam dan Pengasuh Beda Cara Asuh? Ini Bahayanya
Penulis | : | Laili Ira Maslakhah |
Editor | : | nova.id |
KOMENTAR