NOVA.id - Cita rasa gurih tentu sangat familiar di masyarakat. Rasa gurih sangat mudah kita temui, baik pada masakan luar negeri maupun masakan Indonesia.
Rasa gurih atau yang terkenal dengan umami di berbagai belahan dunia merupakan penemuan rasa ke lima. Setelah manis, asam, asin, dan pahit. Namun, banyak yang mengidentikkan rasa gurih dengan MSG (Monosodium Glutamate).
Hasil riset Ajinomoto yang diterima KompasTravel, Rabu (27/9), menjelaskan keterkaitan antara rasa gurih dan MSG. Rasa gurih lebih diinginkan, terlihat dari berbagai kedai yang mencantumkan kata "gurih" sebagai jaminan kenikmatan dari hidangannya.
Baca juga: Penyedap Rasa Alami Pengganti MSG, Coba Saja!
Di dunia pun kata umami sangat populer dan menjadi tren di industri kuliner. Bahkan umami telah dinobatkan sebagai “kata kunci kuliner abad ke-21.”
Artinya, ketika orang melihat kata “umami,” maka otak dan perut mereka akan berkata, “Ya.”
Berbeda dengan kata "MSG" yang selama bertahun-tahun telah dikucilkan oleh industri kuliner dan penyokongnya.
MSG dipandang sebagai “penjahat” selama bertahun-tahun. Artinya, ketika orang melihat kata “MSG” di mana saja, maka otak dan perut mereka akan berkata, “Tidak.”
Hasil riset yang mengejutkan
Riset ini melacak jejak keduanya dari segi sejarah terbentuknya rasa gurih dan MSG.
Pada 1907, seorang profesor Jepang bernama Kikunae Ikeda dan keluarganya tengah makan malam dengan hidangan sup dashi.
Ketika mecicipi kaldu supnya, Kikunae bertanya bagaimana sup itu dimasak dengan rasa yang begitu lezat.
Sang istri menjawab bahwa ia menggunakan kombu, yakni rumput laut kering.
Baca juga: Benarkah, MSG Tak Bahaya Bagi Tubuh?
Source | : | https://www.kompas.com |
Penulis | : | Amanda Hanaria |
Editor | : | Amanda Hanaria |
KOMENTAR