"Saya menghitung setiap siklus dan tidak tidur selama dua malam," kenang Priti. Pada siklus PD ke-48, output urine bayi adalah 6ml. Secara bertahap, ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dan cukup untuk bisa dipulangkan ke rumah.
Pada satu titik, menyelamatkan bayi ini sepertinya tidak mungkin.
Tapi delapan bulan kemudian, saat Pooja mengajak putrinya Ayush untuk kunjungan lanjutan, mata Priti menyala-nyala yang mengisyaratkan, "Ya, saya bisa menyelamatkan bayi ini," katanya sambil tersenyum.
(Baca juga: Tak Selalu Mahal dan Mewah, Ini Menu Makanan Para Miliarder Dunia)
Seperti Ayush, Priti menggunakan pemikiran cepat untuk menyelamatkan delapan bayi kritis lainnya.
Lima mengalami masalah parah, termasuk penyakit kuning karena ketidakcocokan RH.
Bayi baru lahir yang kritis akhirnya sembuh setelah transfusi darah, prosedur yang memakan waktu empat hingga lima jam dan harus dipantau dengan ketat.
Dalam kasus lain, terdapat bayi kembar tiga yang lahir di sebuah rumah sakit swasta dan mereka dirawat di unit perawatan khusus bayi baru lahir, di mana salah satunya mengalami kejang.
(Baca juga: Ternyata Ini Alasan Risty Tagor Enggan Pertemukan Anaknya dengan Stuart Collin)
Sementara, dua lainnya menderita sindrom gangguan pernapasan.
"Saya melibatkan ibu dan melatihnya untuk memantau bayinya," ungkap Priti.
Mulia sekali hatinya, bukan?(*)
(Artikel ini pernah tayang di laman Nakita dengan judul Punya Hati Bak Malaikat! Setelah Suami Meninggal Dunia, Dokter Anak Ini Tetap Tegar dan Mendedikasikan Hidupnya untuk Menyelamatkan Banyak Bayi)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR