NOVA.id- Mungkin kita sering melihat anak kecil yang suka memainkan alat kelaminnya.
Hal ini tentu membuat kita merasa was-was karena yang dilakukannya sangatlah aneh.
Namun kita jangan samakan kelakuan tersebut dengan orang dewasa.
(Baca juga: Bahagia Jennifer Dunn Terciduk Kasus Narkoba, Sarita dan Anak-anaknya Lakukan Hal Ini)
Ternyata saat anak memainkan alat kelaminnya, tidak ada hubungannya dengan fantasi seksualnya.
Melansir Tabloid NOVA, Seiring tumbuh dan berkembangnya anak tentu pusat kenikmatannya pun ikut berubah.
Dari lahir hingga berusia dua tahun, anak akan berada dalam fase oral yang pusat kenikmatannya ada di mulut.
(Baca juga: Yuk Konsumsi Ikan, Banyak Loh Manfaatnya bagi Tubuh, Salah Satunya untuk Mata)
Sementara untuk mereka yang berusia dua hingga tiga tahun, pusat kenikmatannya pun pindah ke bagian anus.
Hal ini ditandai dengan mereka menahan keinginannya untuk buang air besar.
Masuk ke usia tiga hingga enam tahun mereka tiba di fase phalic yang pusat kenikmatan mereka ada di alat genital.
"Pada rentang usia ini, anak mulai mengenal gender. Anak laki-laki dan perempuan kan memiliki alat kelamin yang berbeda," jelas Astrid W.E.N, psikolog anak dan praktisi dari PION Clinician and Theraplay Indonesia.
(Baca juga: Berjuta Kebaikan dalam Segelas Susu Gurih Tanpa Garam yang Wajib Kita Tahu)
Dalam hal ini, peran orang tua adalah memberikan pemahaman bagi anak-anaknya.
Yakni dengan memberi tahu jika menyentuh tubuh terutama alat kelamin hanya boleh dilakukan secara pribadi dan jangan dilakukan di sembarang tempat.
Selain itu juga berikan pemahaman tentang anggota tubuh.
(Baca juga: Perut Terasa Kencang di Masa Kehamilan, Begini Cara Mengatasinya)
Dalam melakukannya kita bisa sekaligus mengajarkan mereka tentang kebersihan.
Meski terbilang normal dan wajar, ketika anak suka memainkan alat kelaminnya terus menerus maka kita perlu melakukan beberapa tindakan.
Karena kalau sudah menjadi kebiasaan tentu akan mempengaruhi masa depan mereka.
(Baca juga: Jalan Tol Depok-Antasari Roboh, Ternyata Ini Dia Dugaan Awal Penyebabnya)
1. Ingatkan secara halus
Meskipun kita khawatir, janganlah meneriaki dan marah kepada anak-anak.
Cukup katakan dengan perlahan dan dengan bahasa yang mudah dimengerti anak.
Misalnya, " Nak, penisnya jangan dimainin terus. Nanti kalau lecet, bagaimana?"
(Baca juga: Ketahuan Jalan Bersama Pria Lain, Seorang Suami Tega Menimbun Istri dengan Tanah di Semak-Semak)
2. Beri pengalihan perhatian
Perilaku memainkan alat kelamin biasanya terjadi ketika anak sedang merasa bosan atau sedang santai menonton televisi.
Kita bisa mengalihkan perhatiannya dengan memberinya mainan yang lain.
"Jika diperlukan, kita bisa mengajak anak bermain bersama atau jalan-jalan. Pergi ketaman atau bahkan ke toko buku," jelas Astrid.
Dengan mengalihkan perhatiannya, anak akan lupa pada aktivitas memainkan alat kelaminnya tadi.
(Baca juga: Terjerat Kasus Narkoba, Lihat Sindiran Bagi Jennifer Dunn, Bikin Menohok!)
3. Kontrol wajah
Saat menegur anak untuk tidak memainkan alat kelaminnya, kita jangan memperhatikan mimik muka panik atau marah.
Hindari amarah, karena dia tidak melakukan hal kotor atau tercela.
Ingatlah bahwa ini merupakan hal normal dan akan hilang seiring perkembangan usianya.
(Baca juga: Begini Gaya Liburan Ruben Onsu dan Sarwendah di Jepang, Warganet: Romantis!)
4. Jangan melarang tanpa alasan
Ketika kita melarang anak untuk tidak memainkan alat kelaminnya di depan orang lain, sebisa mungkin berikan alasan yang jelas mengapa mereka tidak boleh melakukan hal tersebut.
Jika kita memberikan alasan jelas, maka anak akanterus terpancing untuk melakukannya terus secara diam-diam. (*)
(Tabloid NOVA/ Eveline)
KOMENTAR