NOVA.id - Viktor Seran, bocah laki-laki berusia tujuh tahun asal Kabupaten Belu, Nusa Tenggara Timur (NTT), ketagihan menghirup aroma bahan bakar minyak (BBM) dan septic tank.
Viktor pun kemudian dibawa oleh petugas dari Badan Narkotika Nasional Provinsi (BNNP) NTT dari Kabupaten Belu menuju Kota Kupang, Rabu (31/1).
Kepala BNNP NTT Brigjen Pol Muhammad Nur mengatakan, Viktor dibawa ke Kupang untuk diperiksa di Rumah Sakit Umum (RSU) WZ Johannes Kupang.
"Kita bawa ke rumah sakit untuk memeriksa, apakah yang bersangkutan (Viktor) menderita gangguan jiwa atau tidak," ujar Nur kepada sejumlah wartawan di Kupang.
Jika tidak mengalami gangguan jiwa, Viktor akan dibawa ke panti rehabilitasi bagi pecandu narkoba milik BNN di Batam, Kepulauan Riau.
Menurut Nur, di panti itu, Viktor akan direhabilitasi secara gratis.
Baca juga: Berjuta Kebaikan dalam Segelas Susu Gurih Tanpa Garam yang Wajib Kita Tahu
Semua biaya perjalanan pergi dan pulang dari Batam, akan ditanggung BNN.
Nur menjelaskan, aktivitas Viktor yang menyimpang itu, pertama kali diketahui oleh BNNK Belu, yang kemudian berkoordinasi dengan pihaknya.
"Anak ini sejak berusia satu tahun lebih, ditinggal pergi kedua orangtuanya yang merantau ke Pulau Kalimantan, sehingga dia terpaksa tinggal bersama kakek dan neneknya," ucap Nur.
Baca juga: Belanja Produk Ritel Kekinian Hanya di Easy Shopping, Mudah dan Terpercaya!
Kakek dan neneknya Viktor, setiap hari bekerja sebagai penambal ban dan juga penjual BBM eceran.
"Praktis anak ini suka menghirup bensin, solar, minyak tanah, dan minuman keras serta ventilasi septic tank di rumah kakeknya," tuturnya.
Pada usia empat tahun, sambung Nur, Viktor mulai ketagihan sehingga membuatnya tidak mau sekolah.
Baca juga: Nina Zatulini Tak Tepati Janji Gunakan Hijab, Sang Anak Malah Alami Hal Ini
"Setiap hari kalau dia tidak menghirup aroma BBM dan septic tank, maka dia akan berontak dan merobek pakaiannya," ucap Nur.
Atas kejadian itu, Nur mengimbau kepada orangtua, agar selalu mengawasi kegiatan anak, sehingga tidak melakukan hal yang dapat membahayakan bagi diri anak-anak. (*)
Sigiranus Marutho Bere/Kompas.com
Penulis | : | Amanda Hanaria |
Editor | : | Amanda Hanaria |
KOMENTAR