Satu hari setelah banjir besar, yaitu Selasa (6/2/2018) menurutnya kedainya sangat ramai, tidak seperti biasa. Bahkan tutup lebih awal karena habis sebelum jam 11 malam.
"Mungkin orang pada penasaran kali ya, ngeliat pecel lele kebanjiran, ya alhamdulillah," ujarnya sembari tertawa.
Ia mengaku saat banjir pun kedainya tetap dikunjungi orang, silih berganti.
Kedainya tetap menjadi pilihan para pelanggan yang perutnya keroncongan di kala banjir.
Baca juga: Tak Perlu Was-Was Memulai Bisnis Bakery Asal Ada Tepung Premix, Ini Alasannya
Banjir tahunan bukan hal yang aneh untuk Hendrik. Setiap tahun di bulan Februari, warung pecelnya kerap terendam.
Terkadang ia libur jika banjir sudah menggenang sedari sore, tetapi jika sore air rendah, ia tetap jualan.
"Saya sih udah ga aneh, udah dari dulu sejak 2006 di sini. Tiap tahun emang banjir. Mangkanya peralatan diamanin semua," tuturnya sembari mengulek sambal ekstra pedas pesanan pengunjung.
Baca juga: Tak Banyak Berubah, Ternyata Begini Wajah Asli Cut Tari Saat Masih Remaja
Terlihat dari peralatan seperti kompor, bakaran, etalase, nasi dan tempat peralatan lainnya ia letakan di atas.
Ketinggian barang-barangnya bahkan hingga satu meter yang diletakkan di atas trotoar. Begitulah caranya bersahabat dengan banjir.
"Kemarin dikirain gak banjir. Sore masih hujan kecil, tiba-tiba bada isya naik air. Padahal udah gak hujan," terang Cahyo, salah satu karyawannya yang bertugas membakar hidangan.
Penulis | : | Amanda Hanaria |
Editor | : | Amanda Hanaria |
KOMENTAR