NOVA.id - Mungkin Sahabat NOVA yang lahir di era '60an hingga '80an sudah mengenal sosok sastrawan Indonesia bernama Danarto.
Pria yang lahir di Sragen pada tahun 1940 tersebut, semasa hidupnya telah menghasilkan beragam karya sastra yang fenomenal.
Tak pelak, jika dalam beberapa media menyebut bahwa Darnoto memiliki kepiawaian dalam sastra setara dengan Sapardi Djoko Damono.
Seperti dikutip dari Tirto.id, sepanjang hayatnya, Danarto menulis sejumlah cerpen, naskah teater, esai, dan novel. Karya-karyanya, terutama cerpen, dinilai banyak pihak sebagai suatu bentuk baru dalam kesusastraan Indonesia.
Baca juga: Tak Banyak yang Tahu! Ternyata Cara Ini Bisa Kurangi Risiko Terkena Penyakit Diabetes, loh!
Sejumlah buku kumpulan cerpennya, seperti Godlob, Adam Ma’rifat, Berhala, Gergasi,dan lain-lain, mendapat apresiasi dari masyarakat karena menghadirkan bentuk baru dalam penceritaan.
Menurut Sapardi Djoko Damono, Danarto mulai dikenal sebagai penulis cerpen sekitar akhir tahun 1960-an akhir ketika majalah Horison belum lama terbit.
Karya-karya awal Danarto yang dimuat di Horison, menurut Sapardi, menunjukkan suatu ciri penulisan cerpen yang belum pernah ada sebelumnya dalam khazanah sastra Indonesia.
Cerpen Danarto mengejutkan banyak orang.
Baca juga: Seorang Pengantin Pria Lakukan Bunuh diri Usai Ijab Kabul, Ternyata Begini Alasannya, Miris!
Sapardi menambahkan bahwa hal tersebut terjadi karena si pengarang tidak peduli lagi pada karakteristik, plot, dan latar.
Ceritanya mengalir begitu saja dan menggelinding.
Bahkan, mengutip dari Wikipedia, Danarto masih terlihat aktif hingga pertengahan tahun 2000-an.
Ia sempat menerbitkan kumpulan cerpennya yang berjudul Setangkai Melati di Sayap Jibril dan dilanjutkan dengan karya terakhirnya di tahun 2008 berjudul Kacapiring.
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR