Baca juga: Ternyata Ini Rahasia Perempuan Jepang Langsing dan Awet Muda
Pelanggannya bukan warga setempat saja, tetapi pejabat sekelas menteri sampai artis ibukota pun setiap kali datang ke Palu tak pernah melewatkan mampir mencicipi kaledo Dahlia.
“Pak Aburizal Bakrie dan beberapa menteri kalau datang kemari lebih suka makan di
belakang karena tempatnya lebih luas,” kata Ibu tiga anak tersebut.
Dahlia menjelaskan, awalnya dia menjalankan usaha salon serta penjualan busana perempuan.
Namun, tahun 1997, oleh mertuanya, Haji Mansyur, dia diminta melanjutkan usaha
menjual kaledo.
“Karena merupakan usaha warisan dari mertua, resep pembuatan kaledo dari mertua semua,” papar Dahlia yang memilih lokasi strategis persis di mal terbesar di Palu sebagai lokasi warung kaledonya.
Tapi, lanjut Dahlia, di tahun 1997 tersebut, usaha warung kaledonya juga masih kecil,
belum seramai sekarang.
Dalam sehari, paling dia hanya menghabiskan satu kaki sapi.
Baca juga: Jadi Fans No 1, Omesh Berikan Kejutan di Hari Ulang Tahun Dian Ayu
Tak heran jika pada awal menjalankan usaha warung kaledo, Dahlia masih mampu
menjalaninya sendiri, mulai memasak sampai kulakan bahan ke pasar.
Kalaupun ada yang bantu, biasanya cuma suami.
Seiring perjalanan waktu, rumah makan miliknya makin lama makin ramai.
Masyarakat umum sampai pegawai pemerintahan selalu datang menikmati kaledo di
warungnya.
“Sekarang rata-rata sehari kami menghabiskan 15 kaki sapi, mulai paha atas
sampai kaki,” ujar istri Mohamad Nasir tersebut.(*)
(Gandhi Wasono M.)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR