Temuan ini dimuat dalam jurnal Archives of Sexual Behavior.
Penelitian ini dilakukan oleh Sari van Anders, pakar perilaku neuroendokrinologi dari University of Michigan.
Meski begitu, Sari mengatakan bahwa temuan ini tidak dapat dijadikan sebagai rujukan.
Bukan tanpa alasan, Sari mengatakan bahwa kebanyakan penelitian mengenai hasrat dan hormon seksual menggunakan binatang sebagai subjek penelitian.
(Baca juga: Ini Rencana Ratu Elizabeth untuk Menyelamatkan Istana Buckingham)
Bila dilakukan pada manusia, biasanya penelitian hanya berfokus pada orang-orang yang mengalami abnormalitas hormon testosteron—mereka datang ke rumah sakit untuk penanganan.
Pada perempuan, testosteron diproduksi secara alami di dalam kelenjar adrenal.
Selain memengaruhi fungsi seksual dan agresivitas, testosteron juga mempengaruhi pertumbuhan rambut halus di kelamin, perkembangan otot, endapan lemak di sekitar pinggang, dan pengaturan sirkuit otak sebelum seseorang lahir atau ketika masih di dalam rahim.
Dilansir dari Psychology Today, Nigel Barber, peneliti dan pengajar di Birmingham Southern College mengatakan bahwa pada umumnya perempuan dengan gairah seksual rendah akan mengalami peningkatan gairah bila "diberikan" testosteron dalam dosis kecil.
(Baca juga: Bosan dengan Salad Buah atau Sayur? Yuk Ganti dengan Cumi Asap yang Lezat dan Rendah Kalori)
Bukan hanya sekadar buah pemikiran, Nigel menemukan hal tersebut setelah melakukan sebuah eksperimen penelitian.
Nigel menggunakan film erotis kepada sejumlah perempuan yang menjadi subjek penelitian.
Perempuan yang diberikan tambahan testosteron mengalami peningkatan sensitivitas pada genitalia mereka.
Tidak hanya itu, gairah seksual mereka juga mengalami peningkatan.
(Baca juga: Dibenci Ratu Elizabeth II, Meghan Markle Tak Boleh Konsumsi Makanan Ini)
KOMENTAR